DEPOSTJABAR.COM.- Rosé BLACKPINK berbagi cerita yang penuh emosi dalam wawancara eksklusif dengan The New York Times jelang perilisan album solo perdananya, Rosie.
Dalam kesempatan tersebut, ia menceritakan perjalanan kariernya sebagai idola K-pop, mulai dari masa trainee hingga merilis album yang sangat berarti baginya.
Melansir Zapzee pada 29 November 2024, perjalanan Rosé dimulai sejak ia berusia 15 tahun, ketika ia meninggalkan Australia untuk mengejar impian sebagai trainee di Korea Selatan.
Ia mengaku, kehidupan sebagai trainee yang keras dan melelahkan membuatnya menghadapi banyak tantangan, termasuk perasaan kesepian yang mendalam dan tekanan mental yang luar biasa.
Tantangan Sebagai Artis K-pop
Rosé juga membuka diri tentang tantangan besar yang ia hadapi sebagai seorang artis K-pop.
Ia mengungkapkan tentang betapa besarnya tekanan yang datang dari penggemar, serta terbatasnya ruang bagi artis K-pop untuk mengekspresikan emosi mereka secara jujur.
“Kami dilatih untuk selalu tampil sempurna, bahkan saat berinteraksi dengan penggemar secara online. Kami harus selalu tampil sebagai sosok yang sempurna di mata semua orang,” ujarnya.
Album “Rosie” sebagai terapi
Meskipun merasa takut untuk menunjukkan sisi rentannya, Rosé merasa lega dapat mengekspresikan perasaan melalui musik.
Khusus proses pembuatan album Rosie, ia mengaku menjadi momen penting yang ia gambarkan sebagai bentuk terapi dan pembebasan.
“Rasanya seperti bernapas lega. Aku merasa seperti sudah menunggu untuk merilis album ini seumur hidupku. Album ini sangat berarti bagiku karena berhubungan dengan patah hati, kehilangan, dan kemarahan yang aku alami,” ujar Rosé dengan penuh perasaan.
Wawancara tersebut bertepatan dengan peluncuran album solo perdana Rosé yang bertajuk Rosie, yang akan dirilis pada 6 Desember 2024.
Album tersebut akan dirilis oleh Atlantic Records, yang juga menangani distribusi musik Rosé di seluruh dunia. Perilisan album ini menandai babak baru dalam karier musik Rosé sebagai seorang artis solo. (Ina)