DEPOSTJABAR.COM.– Peneliti secara meyakinkan menemukan adanya hubungan antara puasa intermiten dengan kesehatan otak dan berkurangnya risiko Alzheimer.
Berdasarkan temuan tersebut peneliti menyarankan untuk melakukan puasa intermiten jika berharap ada peningkatan fungsi otak dan aman dari Alzheimer.
Sebagaimana dikutip dari Mirror.co,uk, adalah peneliti dai Johns Hopkins Medicine dan National Institute on Aging yang menemukan adanya hubungan antara puasa intermiten dan kesehatan otak.
Disebutkan, para peneliti beberapa waktu lalu melakukan penelitian terhadap ratusan orang dewasa yang menderita obesitas dan resistensi insulin –yang merupakan faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit Alzheimer dan penurunan kognitif.
Dalam penelitiannya, para peneliti menugaskan peserta untuk menjalani diet sehat standar atau diet puasa intermiten.
Hasilnya, sungguh menakjubkan. Kedua diet tersebut terbukti dapat menurunkan resistensi insulin dan meningkatkan fungsi otak – dengan peningkatan yang nyata dalam daya ingat dan pengambilan keputusan. Efeknya paling dirasakan oleh mereka yang mengikuti diet puasa intermiten.
Kedua diet tersebut juga sama-sama efektif dalam mengurangi resistensi insulin dan mendorong penurunan berat badan. Namun, diet puasa intermiten meningkatkan kemampuan mental hingga 20% lebih banyak daripada diet standar.
Mark Mattson, seorang profesor ilmu saraf di Universitas Johns Hopkins, kemudian menjelaskan tentang potensi manfaat puasa intermiten bagi otak tersebut.
Dia meyatakan, neuron melepaskan banyak protein, dan salah satu gagasannya adalah bahwa puasa intermitenmenyebabkan semacam neuroplastisitas (perubahan struktur) pada neuron, yang menyebabkan pelepasan protein neurofilamen.”
“Namun, penting untuk dicatat bahwa puasa intermiten tidak cocok untuk semua orang,” kata dia.
Metode puasa intermiten
Puasa intermiten adalah pola makan yang melibatkan siklus antara periode makan dan periode puasa. Saat menjalankan puasa ini, tidak ada ketentuan makanan yang harus dikonsumsi. Semuanya lebih fokus pada kapan makanan tersebut dikonsumsi.
Menurut catatan, ada beberapa metode puasa intermiten yang populer, yakni :
–Metode 16/8
Metode ini adalah menjalankan puasa selama 16 jam dan makan selama 8 jam setiap hari. Misalnya, seseorang mungkin hanya makan antara pukul 12 siang dan 8 malam, dan berpuasa selama sisa waktu.
-Metode 5:2
Metode ini mengharuskan makan normal selama lima hari dalam seminggu dan membatasi asupan kalori hingga sekitar 500-600 kalori pada dua hari non-berturut-turut.
-Eat-Stop-Eat
Maksudnya puasa selama 24 jam sekali atau dua kali seminggu. Misalnya, seseorang mungkin tidak makan dari makan malam satu hari hingga makan malam keesokan harinya.
-Alternate-Day Fasting
Maksudnya puasa setiap hari bergantian. Pada hari puasa, seseorang biasanya makan sedikit atau tidak makan sama sekali.
-Puasa Malam Hari:
Menghindari makan di malam hari dan hanya makan pada siang hari, misalnya hanya makan dari pukul 7 pagi hingga 3 sore.
Demikianlah. Puasa intermiten diyakini memiliki beberapa manfaat kesehatan potensial, termasuk penurunan berat badan, peningkatan sensitivitas insulin, peningkatan fungsi otak, dan perpanjangan umur.
Namun, hasil ini dapat bervariasi antar individu, dan penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai pola makan baru. (Ina)