Kisah Sewu Dino, Bagian 24

DEPOSTJABAR,- Rumah kayu jati menjadi corak bahan utama, seakan memberitahu Sri ini adalah tempat yang ia janjikan.  Mbah Tamin tengah berdiri di teras rumah dan disampingnya ada Dela. Hal yang membuat Sri dan Dini tidak bisa berhenti melihat hal itu. Mereka ngeri dengan pemandangan itu.  Dela berdiri persis di samping mbah Tamin. Senyumannya menjadi pembuka dari sambutan yang tidak pernah Sri bayangkan.

Sugik melangkah keluar, membuka pintu mobil. Sri dan Dini ikut keluar meski dengan langkah yang ragu. Mereka mendekati mba Tamin dan Dela yang sejak tadi menatap kedatangan mereka.

“Mbak Sri ya,” kata Dela, suaranya mirip seperti gadis pada umumnya. “Maturnuwun purun nerima kerjaan niki nggih mbak (Terimakasih sudah mau menerima pekerjaan ini).”

Sri hanya menyambut tangan Dela. Ia masih melihat luka borok dan perut buncitnya. Secara fisik, tidak ada yang berubah. Membuat semua orang tidak sanggup melihatnya.

Setelah melihat Sri dengan tatap sumringahnya, Dela beralih pada Dini. Ia melakukan hal yang sama. Sri hanya bingung, ia tidak pernah melihat ini sebelumnya. Sangat berbeda dengan Dela yang selama ini ia lihat.

Setelah basa-basi, mbah Tamin mempersilahkan Sri dan Dini masuk ke dalam. Sri langsung bisa merasakan bahwa rumah ini jauh berbeda dari rumah gubuk itu. Rumah disini berkali-kali lipat lebih besar. Tentu dengan nuansa Jawa yang masih sangat kental. Meskipun begitu, Sri masih merasa ngeri memasukinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *