Batik Dahon Asal Pangandaran Tembus Pasar Internasional, Ini Kekhasannya

DEPOSTJABAR. COM (PANGANDARAN).- Pengrajin batik khas Pangandaran berhasil membuat beragam produk fesyen yang mendapat pengakuan dari pasar internasional seperti dari Belanda, Thailand, Vietnam hingga beberapa kali memesan produknya.

Elin Herlina (51) perajin dan pengusaha Batik Dahon asal Kampung Balengbeng RT 01, RW 01 Desa Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran  menuturkan, selama 1 Tahun tidak bisa menjual hasil produk batik yang menjadi buah karyanya.

“Iyah batik kami ini mengalami kegagalan karena batik tersebut tidak sesuai dengan kenyataan,  Ingin warna merah keluar warna coklat, mau membuat warna hijau muncul kuning. Sehingga tidak bisa menjual hasilnya,”katanya.

Elin Herlina mulai menggeluti usaha dan jadi pengrajin batik, diawali keikutsertaan dan melihat langsung pameran batik di Yogyakarta, Solo, Pekalongan.Ia mulai melihat peluang dengan menggarap batik Dahon yang ditekuninya pada  tahun 2018 hingga dipamerkan di acara agustusan hingga akhirnya banyak kalangan menengah ke atas yang tertarik.

“Usaha Batik Dahon yang kami tekuni ini mulai berlimpah dengan motif tidak akan ada yang sama dengan yang lain, karena ramah lingkungan menuntut kreativitas dan inovasi berkelanjutan dengan persaingan usaha masih rendah, ” sambungnya.

Seiringnya waktu yang terus ditekuni, akhirnya menemukan bahan baku dari Pohon Dahon. Makanya terbesit mendirikan rumah produksi batik dengan bahan baku yang alami yakni Ecoprint Batik Dahon.

“Bahan baku yang digunakan, untuk pewarna batik sendiri dari bahan alami tapas buah dahon dan buah dahon juga dikenal sebagai buah nipah,” jelas Elin.

Bahkan Buah Dahon sendiri memiliki rasa dan tekstur yang mirip dengan buah kolang-kaling dengan memiliki rasa manis dan segar, dengan tekstur yang kenyal serta dapat bermanfaat untuk kesehatan, seperti meningkatkan kekebalan tubuh, kesehatan saluran pencernaan, fungsi paru-paru, dan memberikan energy.

“Tak hanya itu Buah Dahon juga mengandung antioksidan dan vitamin A yang baik untuk kesehatan mata,” katanya.

Sementara itu untuk tapas Dahon juga bisa dijadikan bahan pewarna untuk batik yang dapat menghasilkan kreasi pewarna unggulan, tentunya harus menggunakan kain unggul, yakni kain katun primisima, sutra, Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) kulit, katun bambo. 

“Sesuai regulasi yang ada kami membantu pengembangan penjualan mereka untuk naik kelas dengan mengikuti pelatihan-pelatihan UMKM yang rutin dilakukan setiap tahun,” katanya.

“Alhamdulilah Bank Indonesia Tasikmalaya memberikan dukungan terhadap Batik Dahon dimulai Tahun 2020 hingga sekarang selalu mengundang dalam setiap kegiatan berkaitan dengan perajin dan ekonomi maupun fashion show, akhirnya Batik Dahon mulai memiliki pasar,” katanya.

“Yah adanya peran Bank Indonesia Tasikmalaya membuat saya terharu, karena sebelumnya saya hampir putus asa,” ucapnya.

“Harga Batik Dahon dipatok harga yang bervariatif mulai harga Rp 400 ribu terbuat dari katun primisima dan sutra seharga Rp 500 ribu, dengan rata-rata perbulan mendapatkan penghasilan Rp 40 juta hingga Rp 50 juta, ” ungkap Elin. (M.Kris)