Penemuan Bola Guci Pra-Columbus Raksasa di Amazon Ungkap Budaya Purba yang Terlupakan

DEPOSTJABAR.COM.- Penemuan arkeologi mengejutkan terjadi di wilayah Médio Solimões, Brasil, ketika nelayan dari komunitas Arumanduba menemukan tujuh guci pemakaman raksasa pra-Columbus yang terkubur di bawah pohon Paricarana tumbang.

“Temuan ini langsung menarik perhatian Institut Mamirauá dan memicu penggalian arkeologi intensif,” demikian laporan jpost.com, Minggu 29 Juni 2025.

Guci yang ditemukan di pulau buatan di tengah danau Amazon itu, mencerminkan rekayasa ekologis kuno oleh masyarakat adat untuk bertahan dari banjir musiman.

Arkeolog Márcio Amaral menyebut, pulau-pulau ini dibuat secara sengaja sebagai sistem penyesuaian lingkungan dengan teknik yang sangat maju untuk masa prasejarah.

Misteri Guci Pemakaman Kuno

Guci-guci keramik itu menyimpan tulang manusia dan sisa makanan seperti ikan, kura-kura, dan katak—mengindikasikan ritual penguburan yang melibatkan makanan.

Uniknya, guci tersebut berukuran luar biasa besar, hingga 90 cm lebar dan 55 cm tinggi, dengan berat mencapai 340 kg.

Menurut arkeolog Geórgea Layla Holanda, ciri teknis dan artistik guci ini belum pernah ditemukan sebelumnya di wilayah Amazon.

Komposisinya terbuat dari tanah liat kehijauan, spons air tawar (cauxi), dan abu kulit pohon (caraipé). Guci juga dihiasi pita merah dan lapisan slip tanah liat, namun tidak sesuai dengan gaya keramik tradisional seperti Amazon Polychrome Tradition.

Usia Guci: Bisa Mencapai 3.000 Tahun

Para peneliti memperkirakan usia guci bisa mencapai 200 hingga 3.000 tahun, namun penanggalan karbon dan analisis lebih lanjut masih diperlukan. Penemuan ini memperkuat dugaan bahwa budaya multikultural kuno telah menetap secara permanen di dataran banjir Amazon dengan teknik canggih.

Kolaborasi Lokal: Kunci Eksplorasi

Penelitian ini juga menjadi contoh kolaborasi ilmiah dan masyarakat adat. Warga komunitas São Lázaro do Arumandubinha membantu proses penggalian dan transportasi guci sejauh 190 km dengan kano, di medan yang menantang.

“Ini bukan sekadar arkeologi. Ini tentang mengangkat suara dan kebenaran yang telah lama dibungkam,” ujar Holanda. (Ina)