DEPOSTJABAR.COM. Demonstran Bangladesh menyerukan peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus memimpin pemerintahan Bangladesh sementara setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri.
Para demonstran yakin, Yunus akan mampu memimpin pemerintahan Bangladesh sementara sepeningal Hasina.
Hal itu disampaikan perwakilan demonstran, Nahid Islam dalam sebuah postingan di YouTube yang banyak dikutip situs berita internasional seperti Aljazeera, beberapa jam lalu.
“Kami minta Muhammad Yunus memimpin pemerintahan sementara Bangladesh,” kata dia.
“Peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus harus memimpin pemerintahan sementara setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri dan meninggalkan negara,” kata dia lagi,
Dalam penjelasannya, para demonstran yang mayoritas mahasiswa mengaku tidak akan menerima pemerintahan sementara yang dipimpin tentara.
“Tidak ada pemerintahan lain selain yang diusulkan oleh para mahasiswa yang akan diterima. Seperti yang telah kami katakan, tidak ada pemerintahan militer, atau pemerintahan yang didukung oleh militer, atau pemerintahan fasis, yang akan diterima,” kata dia.
Muhammad Yunus (84), menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2006 setelah ia memelopori pinjaman mikro.
Dikenal sebagai “bankir bagi kaum miskin”, Yunus pernah menghadapi tuduhan korupsi di Bangladesh dan diadili selama pemerintahan Hasina. Tetapi Yunus tetap bersikeras bahwa tuduhan terhadapnya bermotif politik dan dia tidak bersalah.
Mengutip laporan Reuters sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, Yunus mengaku menerima permintaan para mahasiswa tersebut, tetapi sebatas menjadi penasehat pemerintah sementara.
Untuk memenuhi permintaan tersebut, Yunus akan segera ke Bangladesh setelah menjalani prosedur medis kecil di Paris.
Sebelumnya, seperti diketahui, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengundurkan diri dan kabur meninggalkan negaranya. Itu terjadi setelah terjadi gelombang protes dari jutaan warga.
Setelah penggulingan dengan mahasiswa di garda depan, panglima militer Jenderal Bangladesh Waker-Uz-Zaman mengatakan, ia untuk sementara mengambil alih kendali negara, bersamaan dengan upaya membendung kerusuhan yang berkembang.
Ia mengatakan, telah mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin partai politik utama – kecuali Liga Awami yang berkuasa lama di bawah Hasina – dan mengumumkan bahwa pemerintahan sementara akan memerintah Bangladesh.
Ia juga berjanji akan menyelidiki kematian sedikitnya 135 orang di seluruh Bangladesh sejak pertengahan Juli dalam beberapa pertumpahan darah terburuk di negara itu sejak perang kemerdekaan tahun 1971.
“Tetap percaya pada militer. Kami akan menyelidiki semua pembunuhan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab,” kata dia.
Namun belakangan, sikap tegas panglima tersebut dianggap oleh mahasiswa sebagai sebuah upaya untuk mengambilalih pemerintahan.
Karena itulah, para demonstran kemudian mengusulkan peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus untuk memimpin pemerintahan Bangladesh, bukan tentara. (Ina)