DEPOSTJABAR.COM.- Luis Enrique mengejutkan dunia sepak bola setelah membawa Paris Saint-Germain (PSG) meraih kemenangan telak 5-0 atas Inter Milan di final Liga Champions 2025.
Kemenangan tersebut tak hanya menghadirkan gelar pertama PSG di ajang bergengsi tersebut, tetapi juga menjadikan Enrique pelatih kedua yang berhasil memenangkan treble—liga domestik, piala domestik, dan Liga Champions—bersama dua klub berbeda, menyamai pencapaian legendaris Pep Guardiola.
Enrique sebelumnya mencatat treble bersama Barcelona pada 2015, di era emas trio MSN: Messi, Suarez, dan Neymar.
Kini, sepuluh tahun berselang, ia kembali mencatatkan sejarah bersama PSG, dengan skuad muda rata-rata usia 25 tahun di partai final. Pencapaian ini semakin menegaskan posisi Enrique sebagai salah satu pelatih terbaik di era sepak bola modern.
Catatan prestasi Enrique pun luar biasa: delapan kemenangan dari sembilan final besar di tingkat klub, termasuk tiga Copa del Rey, dua Coupe de France, dua Liga Champions, dan satu Piala Dunia Antarklub.
Satu-satunya final yang gagal dimenangkan adalah Piala Super Spanyol 2016, memperkuat reputasinya sebagai “pelatih spesialis laga besar”.
Musim ini, PSG tampil sebagai tim yang solid dan penuh percaya diri. Mereka mengamankan Ligue 1 tujuh pekan sebelum kompetisi berakhir, menaklukkan Reims 3-0 di final Coupe de France, dan menutup musim dengan kemenangan meyakinkan di final Liga Champions.
Enrique berhasil menciptakan tim yang bermain tanpa bergantung pada satu bintang, tetapi mengandalkan kolektivitas, kecepatan, dan kerja sama tim. Pemain muda seperti Desire Doué, Kvaratskhelia, Vitinha, dan Barcola menjadi bukti kekuatan pendekatan ini.
Perjalanan Luis Enrique bukan hanya tentang taktik di lapangan, tetapi juga tentang kekuatan pribadi.
Dari kehilangan putrinya, Xana, pada 2019 hingga kini menjadi pelatih legendaris di dua klub berbeda, kisahnya adalah inspirasi tentang keberanian, keteguhan hati, dan semangat untuk terus bangkit. (Ina)
