DEPOSTJABAR.COM.- Di balik keindahan alam Pangandaran, khususnya di Kecamatan Kalipucang, tersembunyi tiga terowongan kereta api bersejarah yang memikat dan penuh cerita.
Ketiganya bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi juga menyimpan potensi luar biasa sebagai destinasi wisata dan penggerak ekonomi lokal melalui rencana reaktivasi jalur kereta.
Berikut tiga terowongan bersejarah tersebut.
1. Terowongan Hendrik: Sentuhan Alam dan Kekuatan Masa Lampau
Dengan panjang 106 meter, Terowongan Hendrik memancarkan kesan kokoh dan alami.
Bagian selatan mulut terowongan terbuat dari batu kali, sedangkan atapnya diperkuat beton padat—paduan sempurna antara keindahan dan kekuatan arsitektur tempo dulu.
Di sisi kiri dan kanan, terdapat saluran drainase kecil yang menunjukkan betapa cermatnya desain konstruksinya.
Lokasinya yang menembus bukit batu breksi menjadikan terowongan ini menyatu dengan lanskap sekitarnya.
2. Terowongan Wilhelmina: Paling Panjang dan Penuh Pesona
Memegang rekor sebagai terowongan kereta api terpanjang di Indonesia, Wilhelmina membentang sejauh 1.116 meter.
Terowongan ini memukau dengan bentuknya yang lurus dan besar—setinggi 4,5 meter dan selebar 4 meter.
Saat berada di dalamnya, cahaya kecil di ujung terowongan menciptakan efek visual yang dramatis, menghadirkan suasana misterius yang menantang untuk dijelajahi.
Terowongan ini adalah surga bagi penggemar sejarah dan fotografi.
3. Terowongan Juliana: Lekuk Cantik dan Desain Unik
Berbeda dengan dua terowongan lainnya, Terowongan Juliana yang memiliki panjang 147 meter menawarkan jalur yang berbelok di tengah.
Mulut terowongan berbentuk kombinasi antara setengah lingkaran di atas dan persegi di bagian bawah, memberi sentuhan arsitektur yang unik.
Keunikan ini menjadikan Juliana tak sekadar terowongan tua, melainkan karya seni bersejarah yang layak dikunjungi.
Harapan Warga: Reaktivasi Jalur dan Kebangkitan Ekonomi Desa
Dalam sebuah keterangan, Kepala Desa Pamotan, Andi Suwandi menyatakan, harapannya agar jalur kereta dari Banjar ke Cijulang kembali diaktifkan.
Menurutnya, lintasan tersebut menyuguhkan pemandangan alam yang luar biasa, termasuk perbukitan dan pesisir Pantai Karangnini.
“Setelah keluar dari terowongan, langsung disambut panorama laut dan alam yang menakjubkan,” ucap Andi.
Ia percaya bahwa reaktivasi ini bisa menjadi titik balik bagi pertumbuhan pariwisata dan ekonomi desa. Potensi wisata sejarah yang dipadukan dengan keindahan alam akan membawa manfaat nyata bagi warga sekitar.
Dengan segala pesona, sejarah, dan nilai strategisnya, ketiga terowongan ini bukan sekadar lorong tua—mereka adalah warisan yang siap mengantarkan Pangandaran menuju masa depan yang lebih cerah. (Ina)