DEPOSTJABAR.COM, (BANDUNG).- Upaya Universitas Padjadjaran (Unpad) menjaga, melestarikan dan memperkenalkan seni dan budaya sunda ke semua khalayak nggak kaleng-kaleng. Padahal hanya dilaksanakan, secara mandiri.
Upaya menjaga rencana strategis (Renstra) itu, dilaksanakan Unpad dengan menggelar pertunjukkan-pertunjukan seni dan budaya, secara konsisten di Bale Rumawat dan Aula Graha Sanusi.
Prof Dr Ir Ganjar Kurnia, rektor ke-10 Unpad (2007-2015) mengatakan, upaya Unpad laksanakan renstra seni budaya sunda ini, sudah dilaksanakan sejak 2009.
“Hari ini (Sabtu 18 Januari 2025) kami melaksanakan pagelaran yang ke-103. Pertunjukkannya, Wayang Ajen” katanya.
Meliputi pameran wayang dan topeng. Demonstrasi dan Pameran Wayang Golek. Carnaval dan Tari Kreasi Nusantara.
“Tahun ini, yang pertama, besok bulan Februari kita punya dua kegiatan,” ujarnya.
Pertama lomba mengisi teka-teki silang berbahasa sunda, dengan menggunakan gadget, yang kedua musikalisasi puisi dan dramatisasi puisi, giat dilaksanakan dalam rangka memperingati hari bahasa Ibu.
“Untuk hari bahasa ibu. Mungkin kita bikin tanggal 21-22 Februari 2025,” katanya.
Setahun Lima Pagelaran
Soal akan ada berapa pagelaran seni dan budaya di Bale Rumawat Padjadjaran, tahun 2025 ini, Ganjar Kurnia mengatakan semoga bisa lebih dari 5.
“Rata-rata setiap tahun, kita buat 5 kali pagelaran seni dan budaya di Bale Rumawat Padjadjaran,” ungkapnya.
Mengingkat Gubernur Jawa Barat nanti adalah tokoh budaya juga, memungkinkan Bale Rumawat Padjadjaran bisa gelar pertunjukkan lebih banyak lagi.
“Mudah-mudahan, kami saja, 15 tahun bergerak tanpa sponsor, bisa gelar pertunjukkan sampai 103 kali,” katanya.
Tanpa Sponsor
Waw, tanpa sponsor bisa terus konsisten gelar. Apa rahasianya, Ganjar Kurnia, pendiri sekaligus pengelola Bale Rumawat Padjadjaran mengatakan, iya lah.
“Iya lah, asal punya niat saja,” ungkapnya.
Seperti kegiatan Wayang Ajen ini, penontonnya bahkan ada yang sudah datang sejak malam hari.
“Beberapa seniman, punya kebanggaan sendiri, jika bisa tampil di Unpad,” katanya.
Gen Z dan Alfa
Yang menariknya lagi, seniman-seniman yang tampil disini, juga punya banyak murid. Dan mereka umumnya masih generasi Z dan generasi Alfa.
“Orang tuanya senang, anaknya bisa pentas disini. Jadi itu saja timbal baliknya,” tambahnya.
“Seperti Wayang Ajen ini. Mereka punya banyak dalang-dalang muda. Yang masih generasi Z dan generasi Alfa,” terangnya.
Soal berapa kapasitas Aula Graha Sanusi, Ganjar Kurnia mengatakan bisa mencapai 300-400 kursi.
“Ya penontonnya rata-rata segitu, 300 sampe 400 orang. Wayang Ajen ini penontonnya juga segitu,” terangnya.
Ganjar Kurnia juga menjelaskan, 15 tahun berkiprah, Bale Rumawat Padjadjaran ini sudah punya penonton tetap.
“Tetapi sekarang penonton-penonton lamanya banyak yang sudah tidak ada lagi,” jelasnya.
Regenerasi Penonton
Oleh karena itulah, Bale Rumawat sekarang juga sudah mulai melakukan regenerasi penonton.
“Bisa dilihat tadi, pagelaran Wayang Ajen ini kan penonton penontonnya banyak yang dari kalangan muda. Yang penonton lama juga masih ada, cuma sudah tidak banyak lagi,” terangnya.
Selain itu, remaja yang tinggal di di seputaran kawasan Unpad ini saat ini sudah banyak yang jadi penonton setia Bale Rumawat.
“Penonton yang tadi, selain orang jauh. Juga banyak anak-anak muda dari sekitar kawasan ini,” terangnya.
Harapannya, penonton-penonton muda itu, nantinya juga bisa jadi penonton tetap.
“Mereka bilang, senang bisa nonton disini. Sebelumnya mereka bilang, kalau lewat disini sering, tetapi belum pernah masuk apalagi nonton,” pungkasnya.
Jabar Istimewa
Ganjar Kurnia, akademisi yang juga budayawan Jawa Barat berharap Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bisa menjalankan program yang telah dicanangkannya, jabar istimewa.
“Mudah-mudahan program Jabar Istimewa yang diusung Dedi Mulyadi, bisa menjadikan pelayanan yang dilakukan Pemprov, bisa lebih Istimewa dalam segala hal,” katanya.
Nggak usah muluk-muluk, kata Ganjar Kurnia, saat ini di Jawa Barat ini banyak permasalahan. Yang membuat warganya tidak nyaman.
“Korupsi di Jawa Barat kan sekarang juara, pernah ada berita yang mengatakan ada 16 atau 17 bupati dan walikota yang terlibat korupsi,” katanya.
Harapannya, dengan program Jabar Istimewa yang dicanangkan Dedi Mulyadi, jumlah kasus korupsi di Jawa Barat bisa hilang. Minimal berkurang.
Selain itu, angka melanjutkan sekolah warga Jawa Barat juga jelek.
“Saat ini baru sampai angka 8,5. Ketimpangan sosial penduduknya kan, juga cukup tinggi. Begitu juga angka kemiskinan. Selesaikan itu saja dulu,” pintanya.
Bagaimana caranya, bisa melalui apa saja, melalui pendekatan budaya saja. Mumpung Gubernur Jabar tokoh budaya.
“Jadi, budaya bukan cuma kesenian saja, tetapi budaya sebagai bagian dari cara hidup, untuk menjadikan Jabar menjadi lebih baik,” katanya.
“Cara untuk membentuknya, prilaku dijadikan landasan,” pungkasnya.(Ries)