DEPOSTJABAR. COM (TASIKMALAYA).- Sebanyak 877 guru dan kepala sekolah se-Tasikmalaya ikuti Workshop Bullying yang diselenggarakan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan PGRI Kabupaten Tasikmalaya, Senin (20/1/2025), di Gedung PGRI Kabupaten Tasikmalaya.
“Kegaiatan ini sebagai upaya menciptakan sekolah ramah anak,” kata Ketua Pelaksana Kegiatan, Unang Arifin.
Dijelaskannya, kegiatan ini dilakukan, karena kasus perundungan serta kekerasan seks kerap terjadi di lingkungan pendidikan dan korbannya mayoritas pelajar serta sebagian tenaga pendidik.
Ketua Pelaksana Kegiatan Unang Arifin menyampaikan kegiatan ini memberikan pemahaman terkait bagaimana menangani perundungan di sekolah, maka pihaknya melibatkan PGRI dan KPAI .
“Alhamdulillah Pesertanya dihadiri sekitar 877 guru dan kepala sekolah se-Tasikmalaya,” ujar Ketua pelaksana workshop
Sementara Ketua PGRI Jawa Barat, Ahmad Juhana mengatakan, guru harus memahami bagaimana mencegah, mengatasi dan menyelesaikan persoalan perundungan di sekolah.
Karena saat ini, perundungan masih ditemukan meski skalanya kecil, tetapi hal ini tentu perlu adanya solusi.
“Maka guru dan kepala sekolah harus memahami bagaimana caranya menyikapi, menangani, dan mencegah persoalan bullying,” kata Ahmad Juhana.
Ahmad Juhana menambahkan, perundungan tidak hanya terjadi pada anak tetapi juga menyasar tenaga pendidik dan PGRI mendorong pemerintah pusat untuk membuat regulasi perlindungan guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.
“PGRI mendorong pemerintah pusat agar segera mengeluarkan undang-undang perlindungan guru. Antara hak guru dan kewajiban guru menjadi terlindungi. Kalau anak-anak sudah terlindungi dengan undang-undang,” ucapnya.
Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto mengaku, terus berupaya menghadirkan sekolah ramah anak tanpa perundungan dan tindak dari guru, maka ramah anak itu hakikatnya adalah anak yang dilindungi dan gurunya pun sama,” kata Ato.
KPAI pun terus konsentrasi menyelesaikan kasus perundungan maupun kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Meski idealnya hal ini bisa dicegah secepatnya.
“Awal tahun kita digemparkan dengan tsunami asusila. Sudah ada lima kasus di Kabupaten Tasikmalaya dan dua kasus di Kota Tasikmalaya yang korbannya warga Kabupaten Tasikmalaya. Ini pekerjaan rumah bersama agar semuanya turun tangan tangani perundungan dan kekerasan seksual ini,” pungkasnya. (M.Kris)