Kadis LH Optimis Cimahi akan Zero Sampah Buang ke Sarimukti, Ini Alasannya

DEPOSTJABAR.COM (CIMAHI).- Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi, Chanifah Listyarini menegaskan, pembangunan Tempat Pembuangan Sampah di Lebaksaat dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Jalan Santiong, dari anggaran Kementerian Lingkungan Hidup akan rampung pada tahun 2024.

“Biayanya pembangunan tersebut sekitar Rp 30 miliar bantuan semua dari pusat. Rencananya kalau dari time schedule Maret baru selesai pembangunan,” ucap Chanifah Listyarini yang biasa dipanggil Rini ini.

Hanya, kata Rini, TPS Lebaksaat dan TPA Santiong walaupun sudah rampung tahun depan pembangunannya, tetap pihak dari Dinas Lingkungan Hidup selama 10 bulan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sebagainya diatur oleh pihak pusat.

“Setelah itu, baru pengelolaannya akan diserahkan ke Pemkot Cimahi yang sudah melakukan estimasi anggaran sebesar Rp 5 miliar. Besaran anggaran pengelolaan sampah di dua titik itu sudah disetujui pihak DPRD Kota Cimahi,” kata Rini.

Nanti kalau sudah bisa berjalan dengan baik tahun depan pihak dari DLH, harus menyiapkan anggaran untuk operasional dan kemarin diawal DPRD sudah tanda tangan untuk menyiapkan Rp 5 miliar kurang lebih.

Menurut Rini,  didua lokasi itu memiliki fungsi yang berbeda. Titik pengolahan di Santiong berfungsi untuk memilah sampah hingga mencacah sampah karena peralatannya lebih lengkap.

Dari mulai conveyor belt yang bertugas untuk memilah sampah berdasarkan jenisnya hingga mesin pencacah sampah.

“Kalau yang Lebaksaat khusus untuk maggotisasi, gak terlalu banyak alatnya karena untuk nyacahnya semua di lakukan di Santiong. Jadi Lebak Saat lebih banyak bagaimana dari maggot mulai dari rumah lalat kemudian biopon untuk pemeliharaan maggot,” terang Rini.

Bahkan Rini merasa optimis, dengan tersedianya dua tempat pembuangan sampah tersebut, ambisi zero (nol) sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti bakal terwujud.

“Kita tetap optimis hal itu akan terwujud. Tapi tentunya tidak dalam waktu singkat. Masih ada yang sedikit demi sedikit dibuang ke TPA,” katanya optimis.

Bahkan pihaknya juga sedang mencari solusi yang tepat untuk mengolah sampah residu. Meskipun saat ini sudah memiliki incinerator di TPS Cibeber untuk menangani sampah residu yang setiap harinya mencapai 20 persen dari total produksi sampah yang mencapai 226 ton setiap harinya.

“Tentang incinerator harus hati-hati, ada syarat-syaratnya. Kami kemarin sudah menjajaki dengan BNPB akan dibantu. Kalau itu terealisasi berarti residu akan diselsaikan,” tandas Rini. (Bagdja)