DEPOSTJABAR.COM.- Lagu “22 Januari” karya Iwan Fals adalah salah satu lagu legendaris yang masih terus memikat hati pendengar, meskipun pertama kali dirilis pada tahun 1981 (berada dalam album Sarjana Muda)
Sebagai seorang musisi dan penyanyi terkenal Indonesia, Iwan Fals berhasil menciptakan lagu ini yang tidak hanya populer pada masanya, tetapi tetap relevan dan enak didengar hingga kini, termasuk di hari ini, tanggal 22 Januari 2025.
Makna dan Lirik yang Mendalam
“22 Januari” menggambarkan kisah perasaan kehilangan, kerinduan, dan kenangan manis sekaligus pahit dari sebuah hubungan asmara yang berakhir.
Dalam setiap bait liriknya, Iwan Fals menyampaikan perasaan yang sangat personal dan emosional, sehingga setiap pendengar dapat merasakan kedalaman makna dari lagu ini.
Lirik sederhana namun penuh makna ini berhasil menggugah perasaan banyak orang, menjadikan lagu ini sebagai salah satu favorit yang tak lekang oleh waktu.
Tidak Hanya Kritikus Sosial
Iwan Fals, seperti diketahui Bersama, terkenal dengan lagu-lagu yang penuh kritik sosial dan politik, seperti “Bento” atau “Guru Oemar Bakri”.
Namun dalam “22 Januari” ia menunjukkan sisi lain dari dirinya yang lebih emosional.
Lagu ini memperlihatkan bahwa Iwan Fals tidak hanya ahli dalam menyuarakan isu-isu sosial, tetapi juga piawai dalam menyampaikan kisah-kisah pribadi yang menyentuh hati.
Kemampuan Iwan Fals untuk meramu lirik yang sarat makna dengan melodi yang sederhana namun menyentuh membuat lagu ini tetap relevan hingga kini.
Warisan Lagu yang Tak Terlupakan
“22 Januari” menjadi salah satu lagu yang tak hanya dikenang, tetapi juga dicintai oleh penggemar musik Indonesia lintas generasi.
Lagu ini sering diputar dalam berbagai acara dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam setiap konser Iwan Fals.
Lagu ini juga menjadi simbol dari karya musik Indonesia yang abadi, yang mampu menghubungkan berbagai lapisan masyarakat dari masa ke masa.
Berikut lirik lagu 22 Januari dari Iwan Fals
22 Januari, kita berjanji
Coba saling mengerti apa di dalam hati
22 Januari, tidak sendiri
Aku berteman iblis yang baik hati
Jalan berdampingan, tak pernah ada tujuan
Membelah malam, mendung yang s’lalu datang
Kudekap erat, kupandang senyummu
Dengan sorot mata yang keduanya buta
Lalu kubisikkan
Sebaris kata-kata
Putus asa
S’bentar lagi hujan
Dua buku teori, kaupinjamkan aku
Tebal, tidak berdebu, kubaca s’lalu
Empat lembar fotomu dalam lemari kayu
Kupandang dan kujaga sampai kita jemu
Jalan berdampingan, tak pernah ada tujuan
Membelah malam, mendung yang s’lalu datang
Kudekap erat, kupandang senyummu
Dengan sorot mata yang keduanya buta
Lalu kubisikkan
Sebaris kata-kata
Putus asa
S’bentar lagi hujan. (Ina)