Djamu Kertabudi Tegaskan Pilkada 2024 di Bandung Raya Miliki Kondisi dan Dinamika Berbeda

DEPOSTJABAR.COM (BANDUNG).- Dosen Pemerintahan Nurtanio dan LAN-RI, Djamu Kertabudi menegaskan, dalam konteks Pilkada Serentak 2024, sugesti memegang peranan penting dan menentukan. 

“Diwilayah ilmu sosial, sugesti merupakan salah satu faktor dalam interaksi sosial. Dalam pendekatan proses, sugesti politik dapat dikatakan merupakan proses pengaruh mempengaruhi antar individu dan komunitas,” ungkap Djamu Kertabudi, Minggu (7/7/2024).

Selanjutnya, menurut Djamu, secara sadar atau tidak sadar terjadi akseptabilitas suatu konsep, ide, kepentingan dan aspirasi antar individu atau komunitas. Dengan demikian dalam konteks pilkada 2024 sugesti ini memegang peranan penting dan menentukan.  Oleh karenanya para kontestan saat ini tengah menjalankannya.

“Kondisi kekinian, dalam waktu “injuri time” ini pihak partai politik tengah merampungkan sebuah adonan atau ramuan yang memadukan unsur-unsur positif kedua individu yang tersajikan dalam sebuah pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah agar “enak disandang, enak dipandang, dan enak dirasakan” Untuk dipilih masyarakat saat pemungutan suara tanggal 27 Nopember 2024 nanti,” ucapnya.

Menurut Djamu, dari berbagai latar belakang bakal calon yang terdiri dari unsur politikus, pengusaha, pesohor, tokoh masyarakat, dan mantan birokrat yang mencalonkan diri melalui jalur partai politik saat ini, lagi digodog untuk ditentukan pasangan yang diminati publik.

“Maka dari itu, yang menjadi kriteria bagi parpol untuk menentukan pasangan, terdapat dua faktor penting yaitu modal sosial dan modal finansial yang dimiliki kandidat menjadi faktor determinan. Akan tetapi bagi petahana biasanya ditambah aspek harmonisasi pasangan yang dilandasi faktor “chemistry”,” terang Dia.

Daerah-daerah yang termasuk kawasan Bandung Raya, menurut Djamu, seperti Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat dalam perhelatan Pilkada 2024 ini, tampak sekali memiliki kondisi dan dinamika yang berbeda.

Seperti halnya , Kabupaten Bandung, sosok petahana memiliki pengaruh signifikan. Bahkan kang DS (Dadang Supriatna) Bupati Bandung telah melangkah lebih jauh dengan melakukan silaturahmi politik dengan semua pimpinan parpol di Kab. Bandung dalam rangka membangun persepsi yang sama bahwa koalisi partai yang dibentuk tidak semata-mata hanya dalam konteks pilkada saja, akan tetapi perlu berkelanjuran dalam konstruksi pemerintahan daerah yang memposisikan Kepala Daerah dan DPRD dalam kedudukan Mitra sederajat sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.

“Dengan Demikian  kondusifitas pemerintahan tetap terjaga,” terang Djamu.

Kota Bandung, lanjut Djamu, tidak ada petahana, dan sebagai masyarakat perkotaan yang bersifat majemuk dan dikenal sangat terbuka, mendorong dari  berbagai  kalangan mendaftarkan diri sebagai bakal calon Walikota Bandung melalui jalur partai politik. Tampak tidak ada figur unggulan sehingga memiliki peluang yang sama untuk memperoleh kemenangan.

Sedangkan, kata Djamu, Bandung Barat, sama dengan kota Bandung tidak ada petahana, yang menarik, tidak sedikit dari kaum pesohor dari Jakarta mencoba mengadu nasib menjadi calon Bupati Bandung Barat, termasuk Rafi Ahmad yang getol blusukan menggadang-gadang adik iparnya  Jeje Richi Usmail (Jeje Govinda) sebagai bakal calon. Sehingga kemungkinan pasangan calon Bupati/Wakil Bupati lebih dari dua pasangan.

Sementara itu, kelihatannya Pilkada 2024 di Kota Cimahi mengarah dua pasangan  yang sudah mendapatkan tiket pengusungan koalisi partai baru Dikdik Suratno Nugrahawan (Sekda Kota Cimahi), yaitu dari koalisi partai Demokrat, Nasdem, dan PPP (12 kursi). Dan tidak menutup kemungkinan dari partai lain akan ikut nengusung figur ini. Adapun figur lain yang muncul seperti Ngatiyana dan Aditya masih dalam proses seleksi di partai yang berbeda..

“Akhirnya siapa yang mampu menanamkan dan membangun sugesti politik, itulah pasangan yang berpeluang memenangkan sebuah pertarungan,” pungkas Djamu. (Bagdja)