Bagian 14, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

DEPOSTJABAR.COM,- “20 tahun lalu, saya adalah sopir pengantar tebu” kata Pak Sarip. “watu itu maghrib. Saya, sedang tidur di dalam truk, terlalu capek setelah menempih perjalanan jauh untuk mengambil tebu dari kebun pabrik di kota sebelah. Lalu, tiba-tiba ramai orang berteriak, sayapun terbangun”

“bergegas saya cari tahu, apa yang terjadi. Tapi, tak seorang pun mendengar. Akhirnya, saya ikut berlari dengan yang lain”

Pak Sarip masih menatap kosong sembari menyesap kopi hitamnya.

“kamu percaya dengan adanya demit?” tiba-tiba pak sarip bertanya seperti itu.

Danar yang pernah berususan dengan makhluk seperti itu, hanya mengangguk. Lebih ke terganggu dengan pertanyaannya.

“nggih pak lek, saya percaya” katanya ragu.

Pak Sarip mengangguk, puas dengan jawaban itu.

 “kalau rajanya demit” ia tanya lagi. Disinilah, beliau bercerita semuanya.

“hari sudah petang, penerangan di dalam pabrik tidak terlalu bagus. Namun, saya masih mengejar beberapa orang. Sampai akhirnya mereka berhenti di satu titik” pak Sarip menyesap kopinya kembali.

“disana rupanya sudah banyak sekali orang. Mereka berdiri diam menatap sesuatu”

“saya tidak tahu apa-apa, ikut menatap ke arah mana mata mereka tertuju” kata pak Sarip. “Sampai akhirnya saya tahu, di atas pohin Waru. Tepat  di samping bangunan utama produksi ada yang melayang tertiup angin”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *