Bagian 18, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

DEPOSTJABAR.COM,- Disini, mas Anton melihat sesuatu. Wajah mas Fadhil pucat pasi…

Karena Mas Anton masih baru dan dia tidak mau bertanya lebih banyak, akhirnya mereka menerimanya.

Mas Anton memilih kamar dekat ruang tamu sedangkan mas Fadhil memilih kamar yang di belakang. Rupanya, ada alasan kenapa mas Fadhil memilih kamar itu.

Karena bosan, mas Anton menghampiri mas Fadhil di dalam kamar. Waktu itu, ia sedang beres-beres tas dan keperluannya. Baru menginjak tekel di kamar, mas Fadhil dan mas Anton menciun wangi melati yang menyengat sekali.

“wewangianmu ta iki mas?” (parfumu kah ini mas)

Mas Fadhil hanya tersenyum seolah mengiyakan. Namun, mas Anton merasa tidak nyaman ada di kamar itu.

“Aneh yo mas, kok markas seapik iki onok seng nggegoni, iki kan fasilitas pabrik, lumayan hemat duwit kost” (Aneh ya mas, kok gak ada yang nemapti tempat ini, padahal lumayan hemat)

Mas Fadhil masih tersenyum mengiyakan. Disini, mas Anton berpukir mungkin mas Fadhil orangnya pemalu dan pendiam. Atau dia menyembunyikan sesuatu.

Sore hari, pak Edi datang. Ia meminya tolong salah sati dari mereka harus betugas malam ini. karena satu sapam sedang sakit.

Mas Anton dan mas Fadhil memandang satu sama lain. Sampai akhirnya, mas Fadhil mengajukan diri. Maka, malam itu mas Fadhil bertugas. Mas Anton berterima kasih akan hal itu, karena ia merasa belum siap saja.

Mas Fadhil hanya memberi pesan aneh. “habis sholat isya, tidur”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *