Bagian 18, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

Rupanya, pesan mas Fadhil menjadi semacam beban ikiran bai mas Anton. Setelah sholat isya di kamar, mas Anton malah tidak bisa tidur. Sampai wewangian itu muncul kembali.

“Fadhi” panggil mas Anton saat sekelebat ada yang melewati pintu kamarnya yang terbuka, mas Anton berdiri.

Ia keluar kamar, bingung. Kenapa Mas Fadhil malah balik ke rumah bukannya kerja. Takut terjadi apa-apa, mas Anton menuju kamar mas Fadhil. Rupanya, wangi melati yang menyengat itu memang dari kamarnya mas Fadhil. Namun, mas Anton tidak yakin kalau ini bau parfum.

Dibukanya pintu kamar, tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Namun, wewangian itu menyengat sekali.

Rasa penasaran dari mana ebbauan itu membuat mas Anton ancang masuk ke kamar mas  Fdhil. Ia mencari kesana kemari sampai ia mendengar suara wanita terkikih.

Merinding, bulukuduk mas Anton berdiri. Iya yakin mendengar suara wanita tertawa. Namun, tidak ada siapapun disini. Sampai mas Anton membuka almari. Bau melati berubah menjadi bau cendel mati (anak tikus). Begitu almari dibuka, mas Anton terpekik kaget. Ada kepala terpajang disana.

Kepala wanita yang nyengit lebar mentap mas Anton.

Besoknya, mas Anton sudah terbangun di atas kasurnya. Ia masih ingat wajah itu dikepalanya. Mas Fadhil baru saja pulang dan ketika beliau pulang, disambut wajah kaget mas Anton.

“Mas, onok ndas kelontong gok lemarimu” (mas ada batok kepala dilemarimu)

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *