Cerita Horor dan Sejarah Jembatan Cincin Jatinangor Sumedang

DEPOSTJABAR.COM.-  Jembatan Cincin di Jatinangor, Sumedang, dikenal dengan cerita horor dan menyeramkan – walau banyak yang menyebut hanya bualan.

Salah satu cerita horor yang sering dikaitkan dengan jembatan tersebut adalah cerita tentang penampakan seorang wanita misterius yang sering terlihat di malam hari.

Konon, wanita tersebut merupakan seorang pengantin yang meninggal secara tragis akibat menjatuhkan diri dari atas jembatan tersebut.

Sejak saat itu, banyak orang yang mengklaim telah melihat penampakan wanita berbaju putih dengan rambut panjang terurai di sekitar jembatan pada larut malam.

Selain itu, ada juga yang yang mengaku mendengar suara tangisan wanita di sekitar jembatan pada malam hari.

Tangisan tersebut, menggambarkan kesedihan dan penderitaan yang dirasakan oleh roh wanita tersebut.

“Beberapa orang yang lewat di jembatan ini juga melaporkan pengalaman yang tidak biasa, antara lain sering melihat bayangan putih melayang dan turun ke bawah,” kata Mamat, warga setempat.

Intinya, menurut beberapa sumber, ketika lewat jembatan Cincin malam hari, mereka sering merasakan atau melihat hal-hal yang tidak dapat dijelaskan secara logis berbau misteri dan supernatural.

Sejarah

Terlepas dari soal itu hanya mitos dan bualan, yang jelas jembatan Cincin Jatinangor Sumedang, erat dengan sejarah.

Menurut catatan sejarah, landmark ikonik di Jatinangor Sumedang itu dibangun pada tahun 1917/1918 oleh Staatsspoorwegen (SS) atau Perusahaan Kereta Api Negara.

Dulunya, jembatan ini dulunya merupakan bagian dari jalur kereta api Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari-Citali.

Adapun awal mula pembangunan Jembatan Cincin dilatarbelakangi oleh rencana ambisius pemerintah Hindia Belanda untuk menghubungkan Sumedang dengan Rancaekek dan Citali melalui jalur kereta api.

Belanda mengharapkan, jalur dapat memperlancar perdagangan hasil bumi dari Sumedang ke Batavia (Jakarta) dan meningkatkan ekonomi wilayah tersebut.

Sayangnya, rencana pembangunan jembatan dengan konstruksi lengkungan beton bertulang yang kokoh, dengan tinggi mencapai 20 meter dan panjang 40 meter itu, tidak sepenuhnya rampung.

Itu terjadi karena ada krisis  keuangan yang melanda Hindia Belanda pada tahun 1920-an.

Apapun, jembatan Cincin yang masih berdiri kokoh di Jatinangor itu, telah menjadi saksi bisu sejarah panjang perkeretaapian di Indonesia.

Meskipun tidak lagi dilalui kereta api, jembatan ini tetap menjadi landmark ikonik dan objek wisata yang menarik perhatian banyak pengunjung, dengan segala ceritanya. (Ina)