Bagian 12, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

DEPOSTJABAR.COM,- Danar kaget waktu melihatnya…

Ia mencari Endah, dan ia tidak menemukannya. Akhirnya Danar menelusuri jalan yang tadi. Namun, ia baru paham apa yang dimaksud oleh Endah. Di waktu siang bolong, ia meraa tidak sendirian. Ia maah merasa seperti sedang berada di pusat keramaian.

Ia memang tidak bia melihat, tapi bila kalian jadi Danar, rasanya seperti sedang jadi tontonan.

Danar mulai lari, tapi semakin jauh ia lari mengikuti jalan, semakin ia tersesat. Seolah jalannya memang Cuma itu itu saja.

Jantungnya berasa tidak karuan dan ia bisa membayangkan sebarapa marahnya bapak kalau tahu anaknya yang badung itu masuk ke pabrik lagi tanpa ia tahu.

Yang jelas, ketika ia sudah mulai lelah, ia hanya bisa menangis. Nangis di waktu dimana ia sudah SMP adalah hal yang sangat memalukan. Tapi, ia sudah diliputi rasa campur aduk, takut, khawatir, bingung dan ketika ia menangis, semua serasa tumpah begitu saja.

Ditengah hal itu, Danar mendengar Endah memamnggil namanya. Rupanya, itu memang Endah.

Endah langsung memanggil Danar, memintanya untuk pegang bajunya. Yang ia ingat, Endah hanya bilang.

“wes, ojok delok mburi pokok’e” (sudah, jangan lihat ke belakang pokoknya).

Danar yang dasarnya memang penasaran, malah melihat apa-apa, kecuali.. yang ia pegang.

Ia sudah tidak memegang baju Endah lagi. Lebih ke seperti batang daun kelor yang dibawa oleh pria tia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *