Bagian 16, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

DEPOSTJABAR.COM,- “nyowomu mok regane 500 ripis” (nyawamu kamu hargai 500 rupiah)

Danar terdiam cukup lama mendengar yang de no katakana. Memang tidak salah, dan ia jadi sedikit malu akan hal itu.

“onok jembrong ireng sing luwih kudu mok waspadai”

“jembrong ireng” Danar mengulangi. Entah kenapa, nama itu seperti tidak asing.

“awakmu eroh nek gok kunu pusat’e” (kamu tahu kalau disitu adalah pusatnya) jawab De No.

“Mboten de” (tidak pak de)

“kena tak kandani” (sini tak kasih tahu)

Danar bisa melihat wajah De No mulai serius.

 “Rogo joglok itu adalah kepercayaan dari maha ratu, jadi ketika ada manusia mendekati tempat itu, yang pertama dia temui ya pasti makhlu iyu” kata De No. matanya melotot kea rah Danar.

“tau? Bagaimana wujudnya?”

Danar hanya menggelengkan kepalanya.

“bentuknya besar, di kepalanya ada tandur kerbau. Gak Cuma itu, matanya merah menyala, kulitnya hitam legam. Bahkan orang yang pernah melihatnya tidak akan pernah berani untuk menemuinya, apalagi mengajaknya bicara” De No mulai bercerita.

“sedangkan jembrong ireng pak de?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *