Hashim Djojohadikusumo Resmikan Pabrik Biochar Sawa di Majalengka, Ini Tujuannya

DEPOSTJABAR.COM (MAJALENGKA).- Ketua Umum Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (IIBA), Hashim Djojohadikusumo menegaskan, pendirian Pabrik Biochar Sawa menandakan tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menuju praktik lingkungan berkelanjutan dan penghapusan CO2.

“Inisiatif ini tidak hanya menunjukkan pemanfaatan inovatif bahan limbah pertanian namun juga menunjukkan komitmen kami untuk memerangi perubahan iklim melalui solusi praktis,” kata Hashim saat meresmikan Pabrik Biochar. Pabrik ini didirikan oleh PT. Legacy Alam Indonesia ( Sawa ) yang bekerjasama dengan PG Jatitujuh (PTPN Rajawali II).

Pabrik Biochar perdana Sawa yang ada di Majalengka ini sebagai bagian dari komitmennya terhadap Paris Agreement dengan target untuk mencapai penghapusan CO2 sebesar 2,5 miliar ton setiap tahunnya pada tahun 2030.

Pabrik yang terletak di dalam kawasan Kompleks Pabrik Gula(PG) Rajawali II itu, sebuah BUMN yang bergerak dalam bidang produksi gula, fasilitas ini akan mengubah limbah organik seperti ampas tebu dan produk samping pertanian lainnya menjadi Biochar, dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi.

Hal ini menandai kolaborasi awal antara Offset8 yang berbasis di Dubai dan SAWA, dengan perjanjian yang ditandatangani untuk memperoleh kredit penghilangan CO2 senilai lebih dari USD $50 juta di berbagai lokasi di Indonesia dan sekitarnya.

Ditempat yang sama CEO dan Pendiri Sawa, Phil Rickard mengungkapkan, dengan adanya dukungan dari Asosiasi Biochar Indonesia dan kolaborasi dengan Offset8, pabrik ini menandai langkah pertama Sawa dalam komitmen melawan perubahan iklim dengan menggunakan teknologi penangkapan karbon untuk mengubah limbah pertanian menjadi Biochar. Inisiatif ini juga mengatasi masalah ketahanan pangan global yang mendesak dengan menghasilkan bahan pembenah tanah yang berharga.

Pemanfaatan limbah organik tidak hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca namun juga mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan sumber pendapatan baru. Pendekatan inovatif ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan berfungsi sebagai model praktis untuk mengubah limbah menjadi sumber daya yang berharga, sehingga mendorong pembangunan ekonomi melalui pengelolaan lingkungan.

Sawa mengambil langkah-langkah untuk memastikan pengakuan formal atas upaya pengurangan karbonnya. Proyek ini akan didaftarkan pada Sistem Registrasi Nasional (SRN), dan Sawa juga menginginkan kredit karbon mendapatkan pengakuan dari badan standar internasional, sehingga meningkatkan kredibilitas dan nilai pasar dari pengurangan emisi yang dicapai. (ast)