Kabupaten Cirebon Dilanda Banjir, Nana Kustiana Meninggal Terpeleset Saat Evakuasi

DEPOSTJABAR.COM (BANDUNG).- Satu warga bernama Nana Kustiana (28) meninggal dunia saat beberapa kecamatan di Kabupaten Cirebon terendam banjir dengan ketinggian mencapai 2,5 meter, Selasa 5 Maret 2024.

Data yang dihimpun, pada Rabu 6 Maret 2024, jumlah kecamatan yang terendam banjir berbeda-beda, BPBD Kabupaten Cirebon menyebut 7 kecamatan sementara BPBD Jabar menyebut 4 kecamatan.

Tujuh kecamatan yang dimaksud BPBD Kabupaten Cirebon adalah, Kecamatan Waled, Karangwareng, Ciledug, Pasaleman, Pabedilan, Pangenan dan Babakan.

Sementara 4 kecamatan yang dijelaskan BPBD Jabar adalah Waled, Karangwareng, Ciledug dan Kecamatan Pangenan.

Humas BPBD Jawa Barat, Hadi Rahmat dalam laporannya yang disiarkan di whatsapp grup BPBD Jabar mengatakan ,ada satu warga yang meninggal akibat bencana banjir tersebut.

Hadi menjelaskan, korban meninggal ada satu orang. Nana Kustiana (28), warga Dusun Manis Desa Ambit, Kecamatan Waled.

“Korban meninggal, Selasa 5 Maret pukul 21.00 WIB. Almarhum meninggal karena terpeleset saat sedang melakukan evakuasi di Blok 1 Desa Ciuyah,” katanya.

Dijelaskan Hadi, hujan yang berkepanjangan itu juga telah membuat ribuan warga terdampak, dan harus mengungsi ke beberapa tempat yang aman.

BPBD Jabar, terang Hadi, masih melakukan pendataan warga terdampak.

Data yang sudah didapat, ungkap Hadi, 2.830 unit rumah terendam, termasuk 6 unit sarana pendidikan dan 8 unit tempat ibadah.

Adapun warga terdampak adalah, 1862 KK yang dihuni 4639 jiwa rumahnya.

“200 Jiwa mengungsi ke balai desa Ciuyah,” pungkasnya.

Anggota Komisi IV DPRD Jabar Daddy Rohanady mengatakan banjir itu terjadi karena meluapnya Sungai Ciberes.

“Ini PR besar, terutama untuk BBWS Cimanuk-Cisanggarung (Cimancis). Sungai Ciberes memang sangat butuh TPT (tanggul penahan tanah). Kalau tidak,  Ciberes tak akan pernah beres,” tegasnya.

PR yang sama, kata Politisi Partai Gerindra juga berlaku bagi Pemda Kabupaten Cirebon, Pemprov Jabar dan Pemerintah Pusat.

PR ini, tegas Daddy Rohanady, harus cepat ditangani. Untuk anggarannya, pemerintah di semua tingkatan bisa menggunakan dana cadangan untuk menanggulangi bencana.

“Ini memang daerah pemilihan saya. Namun yang memprihatinkan, wilayah ini bahkan pernah kebanjiran 38 kali dalam setahun,” sambungnya.

Daddy berharap, semua pihak serius dalam mencarikan solusi terbaik untuk masyarakat yang selalu tertimpa musibah banjir. Salah satu solusinya, kata Daddy, pertama, angkat sedimentasi, kedua, buang hasil pengerukan itu.

“Saya pernah ngobrol dengan para Kuwu se-kecamatan Waled. Tempat buangnya ada. Yang selama ini dilakukan hanya pengerukan sedimentasi dan dibuang di pinggir kali. Makanya ketika hujan turun, hasil pengerukannya masuk lagi ke sungai. Sedimentasi gak habis-habis dan buat TPT sepanjang DAS Ciberes,” terangnya.

Soal warga yang meninggal, Daddy mengatakan, itu bukti bahwa Sungai Ciberes butuh penanganan serius.

“Beberapa desa lain di Kecamatan Waled bisa jadi nasibnya tidak lebih baik dari Desa Ambit.”

“Cobalah tengok, misalnya, juga Desa Gunungsari dan Mekarsari.”

Selain Ciuyah dan Ambit, desa-desa di Kecamatan Waled pernah mengeluhkan penanganan Sungai Ciberes yang tak beres-beres.

“Keluhan itu mereka sampaikan langsung ke saya. Baik saat reses maupun kunjungan pribadi ke dapil,” pungkasnya. (Aris)