Tingkat Pengangguran di Cimahi Turun tapi di Jabar Masih Tertinggi, Ini Penyebabnya

DEPOSTJABAR.COM (CIMAHI).- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Cimahi yang terdata Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 mengalami penurunan dibandingkan dua tahun sebelumnya.

Tahun 2021, TPT di Kota Cimahi sebesar 13,07%, tahun 2022 sebesar 10,77% dan tahun 2023 turun jadi 10,52%. Bila di bandingkan dengan daerah lainnya dengan Cimahi hanya tiga Kecamatan.

“Kalau dari angka itu berdasarkan data BPS angka pengangguran terbuka (TPT) di Kota Cimahi ada penurunan, bila dibandingkan dengan daerah lain dan Cimahi hanya tiga Kecamatan saja,” terang Kepala Disnaker Kota Cimahi, Asep Ajat Jayadi, Senin (29/1/2024).

Meski ada penurunan, namun TPT di Kota Cimahi malah menempati urutan pertama di Jawa Barat.

“Untuk tahun 2023 angka pengangguran terbuka di Kota Cimahi 10,52 persen atau 33.192 orang. Informasinya jadi yang tertinggi di Jawa Barat,” ungkap Asep.

Asep mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat angka pengangguran di Kota Cimahi masih ada di Kota Cimahi. Pertama, kata dia, jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan.

“Kedua, kurang keterampilan yang dimiliki ketiga kemajuan teknologi yang menggantikan tenaga kerja manusia. Contoh di PT Chitose, awalnya pekerjaan dilakukan 10 orang namun karena teknologi akhirnya bisa dikerjakan dengan 3 orang,” kata Asep

Kemudian penyebab lainnya karena resesi ekonomi global yang berdampak terhadap perusahaan di Kota Cimahi yang didominasi garmen dan tekstil. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap produktifitas perusahaan yang mengalami kekurangan order.

“Dampaknya ya order jadi terbatas yang mempengaruhi terhadap jam kerja. Misalnya biasanya seminggu kerja 6 hari, jadi 3 hari, bahkan ada yang sampai merumahkan pekerjanya. Kemudian adanya perdagangan bebas terkait barang impor ilegal juga berdampak,” ujar Asep.

Lalu ada penyebab lainnya yang membuat angka pengangguran di Kota Cimahi tinggi. Asep mengatakan, berdasarkan hasil analisis pihaknya bersama akademisi adanya kesenjangan antara jurusan di sekolah kejuruan dengan industri yang ada di Kota Cimahi.

Dia mengungkapkan di Kota Cimahi ada 24 SMK, rinciannya 22 SMK mayoritas berhubungan dan Informasi dan Tekonolgi (IT) dan sisanya adalah tata boga serta tata busana. Kondisi itu menurut Asep kurang selaras dengan industri di Kota Cimahi yang bergerak di bidang garmen dan tesktil.

“Cimahi jumlah pabrik banyak tapi kenyataannya banyak pengangguran salah, satunya lulusan SMK jadi ada kesenjangan,” ujar Asep. (Bagdja)