WHO Laporkan Kasus Difteri Meningkat Drastis, Berikut Ini Gejala dan Faktor Risikonya

DEPOSTJABAR.COM.- Difteri adalah infeksi bakteri yang terutama menyerang sistem pernapasan, meski bisa juga menyerang kulit.

Terkait hal itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini melalui X (Twitter) mengumumkan bahwa kasus difteri sedang meningkat di beberapa negara.

Dari sekian banyak kasus yang ada, demikian WHO, sebanyak 5-10% kasus, telah berakibat fatal, terutama pada anak kecil.

Fakta tersebut, tentu saja memprihatinkan karena Difteri, penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae, dapat menyebabkan komplikasi yang parah jika tidak segera ditangani.

Fakta itu juga membuat kita untuk mengetahui  gejala dan faktor risiko yang terkait dengan difteri untuk diagnosis dini dan penatalaksanaan yang efektif.

Apa itu Difteri?

Difteri, menurut WHO, adalah infeksi bakteri yang terutama menyerang sistem pernapasan, meski bisa juga menyerang kulit.

Penyakit ini menyebar melalui tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Bakteri tersebut menghasilkan racun yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, saraf, dan ginjal jika tidak ditangani.

Adapun gejalanya, adalah sebagai berikut:

Sakit tenggorokan: Gejala awal seringkali berupa sakit tenggorokan, yang awalnya ringan namun semakin memburuk.

-Demam: Pasien mungkin mengalami demam ringan, biasanya disertai kelelahan dan kelemahan umum.

Kelenjar leher bengkak: Pembesaran kelenjar getah bening di leher, yang dikenal sebagai pembengkakan kelenjar leher atau limfadenopati, sering terjadi pada difteri.

-Kesulitan bernafas: Seiring berkembangnya infeksi, kesulitan bernapas mungkin timbul karena penyumbatan saluran napas yang disebabkan oleh pembentukan selaput tebal berwarna keabu-abuan di tenggorokan.

Suara serak atau hilangnya suara: Perubahan vokal, seperti suara serak atau hilangnya suara sepenuhnya, dapat terjadi karena selaput mempengaruhi pita suara.

Lesi kulit: Pada difteri kulit, lesi atau borok kulit dapat timbul di tempat masuknya bakteri, sering terlihat di daerah tropis.

Penting untuk diingat bahwa difteri pada awalnya bisa menyerupai infeksi saluran pernapasan pada umumnya, sehingga sulit untuk mendiagnosisnya tanpa tes khusus.

Faktor Risiko dan Pengobatan Difteri

Menurut WHO, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko difteri.

Faktor risiko difteri tersebut tentu harus diketahui, agar dapat mencegah penyakit berbahaya tersebut, dan tubuh tetap aman.

Faktor risiko difteri tersebut adalah sebagai berikut.

-Vaksinasi yang tidak Lengkap: Tidak mendapatkan vaksinasi difteri secara lengkap meningkatkan risiko infeksi, terutama di daerah dengan cakupan vaksinasi yang rendah.

-Praktik kebersihan yang buruk: Tinggal di lingkungan yang ramai atau tidak sehat dapat memfasilitasi penyebaran bakteri difteri.

-Bepergian ke daerah endemik: Bepergian ke daerah yang banyak terdapat difteri meningkatkan risiko penularan.

-Usia: Anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua lebih rentan terhadap infeksi difteri yang parah.

-Kondisi imunokompromais: Individu dengan sistem kekebalan yang lemah berisiko lebih tinggi terkena difteri parah dan komplikasinya.

Demikianlah sedikit soal difteri yang kasusnya sekarang sedang menjadi perhatian dari WHO. (Ina)