Kue Apem, Makanan yang Sering Dibagikan saat Megengan, Tradisi Sambut Bulan Ramadan

DEPOSTAJABAR.COM.-  Kue apem, sangat lekat dangan “megengan”, tradisi masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan sebagian Cirebon, untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.

Jangan heran jika ketika tradisi tersebut digelar, pedagang kue apem banjir rezeki karena dagangannya cepat habis.

Tidak diketahui sejak kapan apem mulai jadi makanan yang tidak bisa dilepaskan dari “megengan” yang berasal dari bahasa Jawa “megeng” yang berarti “menahan”.

Yang pasti, menurut berbagai sumber, dalam tradisi tersebut berbagai kue terutama apem, harus tersedia banyak untuk dibagikan kepada masyarakat.

Tradisinya sendiri biasanya digelar beberapa hari sebelum bulan Ramadan. Konon, tradisi itu digelar sebagai pengingat untuk menahan hawa nafsu selama bulan Ramadan dan melambangkan rasa syukur dan kebersamaan.

Lalu, apa itu kue apem?

Kue apem adalah kue tradisional yang terbuat dari tepung beras, santan, gula, dan ragi, serta memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang manis, dimasak biasanya dengan cara dikukus dan memiliki bentuk seperti mangkuk kecil.

Kue apem (dalam bahaasa Jawa yang berarti kue), memiliki sejarah yang panjang di Indonesia.

Menurut berbagai sumber, kue ini sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha di Jawa dan sering disajikan dalam berbagai acara adat dan ritual keagamaan.

Ada jua jenis apel tradisional yang terkenal, yakni apem putih dan apem manis.

Apem putih terbuat dari tepung beras dan santan, sedangkan apem manis terbuat dari tepung beras, santan, dan gula.

Berbentuk seperti mangkuk kecil dengan rasa manis legit, kue  apem merupakan sumber energi yang baik karena mengandung karbohidrat dan protein yang bermanfaat untuk membangun dan memelihara tubuh.

Selain itu, kue apem mengandung vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. (Ina)