Bagian 1, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

DEPOSTJABAR.COM,- Karena Gerbang Timur ditutup, anak-anak pun kebingungan.. si udin akhirnya nyeletuk “Yo opo nek liwat perumahan londo” (gimana kalau lewat perumahan belanda?)

Danar terdiam sebentar. Mendengar nama perumakan londo membuatnya bergidik ngeri. Karena, jauh di jakur utara memang ada gerbang tua. Gerabng yang sudaj lama ditinggalkan.

Di sebelahnya, ada tanah luas berpagar. Disana, berjejer rumah besar nan megah. Ada 6 hingga 7 rumah dengan gaya arstiek yang sama, arsitek khas Belanda.

Sejarahnya sendiri, di rumah itu dulu memang bekas rumah orang-orang Belanda yang memiliki kabatan di pabrik gula itu.

Namun, yang buat merinding adalah, semua rumah itu sudah kosong bertahun-tahun, tidak lagi ditinggali hingga saat ini. Dan beredar dari mulut ke mulut bahwa banyak yang pernah melihat seseorang berdiri di kaca, menatap kosong jalanan ketika seorang melintang.

Mereka melihat, Orang Belanda lengkap dengan pakaian khas mereka. Tersenyum sabil menyambut siapapun yang lewat.

Alasan kenapa Udin mengusulkan hal itu karena di perumahan Lpndi, tepatnya di rumah paling ujung ada tembok pembatas. Di salah satu bagian temboknya sudah runtuh beberapa bagian, jadi dapat di panjat oleh mereka yang masih anak-anak.

Mereka pun menuju jaur utara, jalan kaki menyusuri kalan sampai disana. Satu demi satu dari mereka memanjat, melompat dan sampailah di depan rumag megah yang berjejer. Hal yang paling menganggu dari rumah itu adalah gaya desain yang hampir sama semua.

Yang paling mencolok, kaca hitam besar di samping pintu. Setiap melewati rumah itu, mereka berusaha untuk tidak melihat ke dalam kaca itu. Karena setiap melihat kaca itu, Danar terbayang wajah-wajah Belanda yang sering ia bayangkan karena cerita yang beredar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *