Namun, Danar selalu gagal. Danar selalu melihat kesana, memang tidak ada apa-apa. Tapi, bulu kuduk selalu merinding setiap melihatnya.
Teman-teman Danar tampak biasa saja, berjalan tanpa beban. Sedangkan Danar selalu was-was. Perasaan tidak enak ketika melewati rumah itu selalu tiba-tiba muncul. Seolah-olah Danar sudah ditunggu oleh mereka yang menghuni perumahan Londo ini.
Akhirnya, Danar dan yang lain tiba di ja;an kecil yang menuju ke kawasan pabrik, ia hanya bisa melihat gerbang utara di kerangkeng dengan rantai di belakang. Akhirnya, ia menyusuri jalan itu. Di timur terlihat samar-samar banhunan tua sekolah TK yang dopisah dengan pagar kawat tinggi.
Ada satu hal yang selalu membuat Danar bertanya-tanya. Ada sebuah lahan kosong yang ditumbuhi pohon manga. Anehnya, dibawahnya rumput-rumur tinggi setinggi lutut orang dewasa. Dalam hatinya, ia bertanya, kenapa orang pabrik tidak ada yamg motong umput itu agar bersih ya?
Namun, hal itu ternyata ada alasannya.
Lapangan tenis sudah terlihat. Di samping ;apangan tenis ada 2 pohon Asem yang sudah berumur puluhan tahun. besar sekali dan mencolok di bandingkan dengan pohin lainnta. Sehingga lapangan tenis begitu sejuk di tutupi rindangnya dedaunan pohon asem.
Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)
This was both informative and hilarious! For more details, click here: LEARN MORE. What’s your take?