Bagian 11, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

Danar masih mencari kemana layangan itu menyangkut. Ia terus dan terus mentapa kea tap. Sampai akhirnya ia mendengar Endah mengucapkan salam, “Assalamualaikum”.

Ia kaget mendengar itu. Karena disana, Cuma ada dia. Jadi, Endah memberikan salam ke siapa?!

“sopo to seng mok salami?” (siapa sih yang kamu beri salam)

“iki lo, mbah e” (ini loh mbah)

“mbah sopo?” (mbah siapa?)

Endah gak jawab, lalu mengajaknya jalan lagi, namun tina-riba ia merinding.

“metu ae yo” (keluar aja yuk) kata Endah tiba-tiba.

“lho lapo to, koyok keweden ngene” (loh kenapa sih, kok kaya ketakutan gini)

 “seng nduwe nggon iki gak seneng ambek kene” (yang punya tenpat ini gak suka sama kita)

Danar bisa melihat wajah panik Endah. Ia bingung, Endah bisa takut juga?

Akhirnya mereka berlari kembali ke gerbang tempat ia masuk. Tapi, tiba-tiba ia lihat seekor nurung merah. Tidak sadar, Danar mengejar burung itu dan berpisah dengan Endah.

Rupanya, hal ini yang membuat ia menyesal seumur hidup bahkan hingga saat ini.

Karena, Endah harus menanggung akibatnya.

Danar mengejar burung itu hingga jauh masuk ke dalam pabrik. Bisa di bilang, di pusat pabrik hingga gedung besar atau bisa di paling besar. Di sisi bangunan itu ada cerobong asap pabrik yang paling terkenal.

Danar kaget waktu melihatnya…

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

  1. I’m really impressed with your writing skills as smartly as with the format for your weblog. Is that this a paid subject matter or did you modify it yourself? Anyway keep up the nice quality writing, it is rare to peer a great weblog like this one these days!

Berita Jabar Lainnya