Kasus Stunting di Kota Cimahi Menurun, Ini yang Dilakukan Dinkes

DEPOSTJABAR.COM (CIMAHI) .- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi, Mulyati memaparkan, status Stunting di kota Cimahi sudah mulai menurun, dengan gencarnya dari pihak Dinkes bekerja sama dengan beberapa stakeholder dalam menangani pada balita dengan melaksanakan kegiatan seperti pembinaan dan penyuluhan kesehatan.

“Pemerintah terus melakukan upaya pencegahan dan penanganan stunting di Kota Cimahi, baik pada calon orang tua, orang tua, maupun balita,” ucap Mulyati, Senin (11/12/2023).

Sekarang angka stunting di Cimahi terhitung sejak Tahun 2022 hingga Februari 2023 menurun.

“Tahun 2022, data jumlah balita stunting di Kota Cimahi sebanyak 3.036 dengan persentase 9,70%. Menurut data terakhir di Februari 2023, stunting di Cimahi menurun menjadi 2.928 balita dengan persentase 9,35%,” katanya.

Menurutnya, penurunan tersebut tak lepas dari bentuk kerjasama dengan stakeholder terkait guna menangani kasus stunting yang terjadi.

“Jadi ada dua, intervensi spesifik yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan langsung, dan intervensi sensitif dimana ada DP3AP2KB, Dispangtan, DPKP, Dinas Pendidikan, Bappelitbangda, dan Diskominfo,” terangnya.

Beberapa upaya penanganan stunting, maka dilakukan beberapa kegiatan dengan tujuan agar peningkatan angka stunting cepat menurun.

“Terkait menurunnya prevalensi stunting pada balita, seperti peningkatan konsumsi gizi masyarakat kerjasama antara Dinkes dan Dispangtan. Lalu, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, balita, dan usia produktif yang dilaksanakan oleh Dinkes sendiri. Selain itu, kegiatan peningkatan kualitas pola asuh dan kesejahteraan keluarga itu kerjasama antara Dinkes, DP3AP2KB, Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan,” jelas Mulyati.

Selain kegiatan-kegiatan tersebut, ada dua kegiatan yang menurunkan prevalensi stunting pada balita. Mulyati menjelaskan, kegiatan lanjutan tersebut adalah peningkatan kualitas lingkungan pemukiman yang bekerjasama dengan DPKP Kota Cimahi, serta penguatan tata kelola dan digitalisasi data upaya penurunan stunting bersama Diskominfo, DP3AP2KB, Dinsos, Setda-Adkesra, Bappelitbangda, dan Kecamatan.

Dari kegiatan tersebut, Dinkes telah menurunkan angka stunting di Kota Cimahi. Upaya penyuluhan dan pembinaan pada calon pengantin dan remaja pun tak lepas berperan dalam upaya pencegahan stunting.

Sub Koordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dr. Indah Gilang Indira mengatakan rata-rata stunting pada balita terjadi karena riwayat hidup orang tua di masa muda.

“Stunting itu biasanya riwayat gizi masa lalu, biasanya intervensinya sejak dini. Makanya kita programnya mulai dari remaja, seperti pemberian Tablet Tambah Darah (TTD). Biasanya remaja yang dikasih TTD sejak remaja SMP, untuk antisipasi anemia di masa dewasa,” terang Indah.

Stunting pada balita, biasa terjadi karena gaya hidup orang tua di masa lalu, seperti kurangnya asupan gizi, pola makan, kurang olahraga dan lainnya.

“Setiap ibu hamil juga kita beri cara mendeteksi pertumbuhan bayi, ada petunjuknya yang nanti bisa terlihat ciri-ciri balita yang terkena stunting atau terindikasi stunting. Makanya pencegahan stunting itu bagusnya di usia 2 tahun, dan bila sudah lewat dari 2 tahun itu susah,” paparnya.(Bagdja)