Parlan terjerembab, bukan karena jeritannyta. Namun, bola mata gadis itu tidak ada pada tempatnya.
Air mata di pipinya hanya tangisan merah dari darah yang mengalir dari 2 lubang kosong tempat seharusnya bola matanya berada. Yang parlan ingat hanya dzikir kecil, berharap sadar dengan apa yang ia lihat.
Namun, di tengah dzikir kecilnya, wanita itu menjerit semakin keras, seolah-olah ia marah, sangar marah. Parlan akhirnya berlari pergi, ia tahu ia dalam bahaya.
Setelah kejadian itu, Parlan memohon diri, ia tidak mau lagi menjaga gereja itu dari makhluk yang membuatnya tidak dapat menahan diri. Wanita yang menangis, begitulah warga desa ini memanggilnya.
Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)