Kisah Horor Desa Gondo Mayit, Bagian 10

DEPOSTJABAR.COM,- “Rik, awakmu percoyo, pocong ora?” (Rik, kamu percaya gak sama pocong?)

Kalimat itu mengingatkan mas Erik dengan peristiwa yang baru saja ia alami. Matanya menatap tajam mas Damar, ia tidak tau harus menceritakannya darmana.

“aku tau krungi, jare’ne suara pitik, iku nunjuk’ke nek onok pocong gok sekitar kene” (aku pernah dengar, katanya kalau dengar suara ayam, artinya ada pocong di dekat sini)

“Mar..” akhirnya mas Erik menceritakan kejadian yang menimpanya.

“Deso iki gak beres, ayok minggat ae, nduk mu wes gak popo toh” (Mar, desa ii gak beres, ayo pergi saja, test*s mu sudah gak papa kan?)

Mendengar itu, mas Damar kemudian juga mengatakannya.

 “Rik, koyok’e si mbah iki” (Rik, sepertinya si mbah) belum selesai melanjutkan kalimat itu, tiba-tiba mas Damar menatap ke jendela kamar yang hanya tertutup gorden disana, ia melihat wajah mengintip.

“Rik, minggat ae tekan kene” (Rik ayo kita pergi saja dari sini)

“opo to, onok opo?” (ada apa?)

“gok cendelo gok cendelo” ( di jendela!! Di jendela!!)

Mas Damar menunjukan kea rah jendela, “gok cendelo onok si mbah!!* ( di jendela ada wajah si mbah)

Kaget. Saat itu juga mas Erik langsung mengemasi barang bawannya. Diikuti oleh mas Damar, mereka bergegas keluar dari rumah itu. Namun, baru saja mereka membuka pintu kamar, di depannya sim bah berdiri, wajahnya menatap mas Damar dan Mas Erik bergantian.

“Kate nang ndi to le” (mau kemana nak?)

Mas Damar lah yang pertama kali maju. “Mbah, ngapunten. Kulo bade mantok mbah” (mbah, mohon maaf kamu mau pulang).

“muleh nand ndi” (pulang kemana?)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

309 komentar