Bagian 5, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

Hal-hal tida wajar ini membuat para pekerja ketakutan. Terutama sang mandor, yang frasatnya menjadi tidak enak. Akhirnya, pak Mandor menghentikan pekerjaan sementara sekaligus memanggil orang pintar.

Ketika diterawang, si orang pintar hanya berpesan. “jangan dilanjutkan bila kalian tidak mau meregang nyawa”

Bingung, sang mandor pun bertanya. “kenapa mbah?”

Si mbah menunjuk suatu tempat yang bisa dikatakan paling dalam di lahan kosong itu. “itu adalah rumahnya. Tempat makhluk yang tidak pernah menerima kehadiran kalian disini”

“apakah tidak bisa di usir mbah?” tanya si Mandor.

Si mbah hanya tersenyum kecut. “berani bayar berapa kamu dengan harga nyawaku?”

Si mandor terkejut. “nyawa mbah?”

“iya nyawa, saya tadi sudah berbincang sama dia. Dia bilang nyawa sampeyan-sampeyan ini yang jadi taruhannya. Itu pun gak akan bisa kaliat babat lahan ini. mau mati konyol sampeyan?” tekan sim bah.

Akhirnya si orang pintar becerita.

Bahwa pabrik tempatmu bekerja adalah sarang kerajaan demit…

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *