Kisah Horor Desa Gondo Mayit, Bagian 1

DEPOSTJABAR.COM,- Mobil mereka berhenti di salah satu pos yang sudah tidak asing lagi bagi mereka.

Artinya, malam itu tidak ada satupun yang berjaga. Seharusnya, ada satu atau dua penjaga. Karena, meskipun ini bukan jalur pendakian resmi, ini adalah jalur yang seringkali ramai pengunjung.

Karena, tempat ini adalah salah satu tempat objek wisata yang terkenal. Menunggu, hal yang dilakukan oleh mas Damar. Karena, biar bagaimanapun, laporan itu penting terutama untuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun, satu jam dua jam berlalu, dan masih belum ada satu badang hidung pun yang muncul/ hal itu memnuat mas Erik gusar.

“wes, ngene ae loh mar, tinggalen KTP gok gene, tulisen pesan, bahwa kita sudah melaporkan. Toh gak omok sing eroh sampe kapan petugas e gak onok kan?” (sudah, begini saja Mar, tinggalkan KTP disini, tilisi pesan, nahwa kita sudah melaporkan, lagian kita gak tau kapan petugasnya ada)

Bimbang, itulah yang mas Damar pikirkan. Bukan sekali dua kali hal ini terjadi. Namun, satu yang mas Damar ingat, hal-hal seperti ini biasanya diirngi dengan petaka yang buruk di langkah selanjutnya.

Namun, Erik benar, tidak ada yang tau kapan petugas itu akan kembali.

Mas Damar dan Erik nekat melangkah masuk ke dalam hutan. Bersiap utnuk menyambut penghuni yang sudah menunggu mereka.

Jam menunjukan pukul 8 malam. Seharusnya jalanan belum segelap itu, apalagi jalurnya sendiri masih tidak seberapa jauh dari pos pertama. Tapi, malam itu lain, jalur itu lebih gelap dari seharusnya.

Yang lebih aneh, tidak terdengar satupun binatang malam di sekitar sana. Medannya sangat menanjak, seperti bukiy setapak yang bila di tekurusi lebih tinggi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

200 komentar