Kisah Pocong Ririn, Bagian 7

Kakak Ririn dan Aria menemani Ririn saat malam hari. Aria menemani Ririn selama 5 Hari. Dari hari Rabu hingga hari Minggu. Ririn sendiri saat sedang siang hari tidak sadar kalau saat tengah malam jadi pocong. Dia hanya tau bahwa dia kemping, kecelakaan dan masuk rumah sakit. Ia hanya selalu merasa mengalami mimpi buru.

Melihat nasib Adiknya, Kakaknya bersumpah akan mendapatkan mantel yang diminta walau harus ditukar dengan nyawanya. Bapaknya Ririn juga akan mengasih apapun yang diminta oleh pemilik mantel.

Kakak Ririn pun meminta info soal para pembeli mantel ke tokonya di Singapura. Setelah susah payah mendapatkan list siapa saja pembelinya, kakak Ririn ditemani Aria mendatangi alamat pembeli yang ada di Jakarta.

Pencarian mantel pun tidak segampang membalikan telapak tangan. Prosesnya sangat panjang dan penuh liku-liku. Karena barangnya sudah dibeli lama, pembelinya banyak yang sudah pindah.

Singkat cerita, setelah mendapatkan informasi, Kakak Ririn bertemu dengan seorang ibu-ibu yang juga memiliki mantel yang sama dengan bapak Ririn.

Tanpa basa basi, kakak Ririn langsung Tanya sambil menunjukan gambar mantel yang dimaksud, “Maaf, Ibu punya mantel seperti ini kan?”

“Iya, memangnya kenapa?” jawab Ibu.

Tanpa babibu, kakak Ririn lagsung bertanya apakah mantelnya boleh dibeli atau tidak.

Ibu tadi langsung marah dan bersikeras mante itu tidak untuk dijual kembali.

Kakak Ririn pun langsung meminta maaf dan segera menjelaskan secara panjang lebar apa yang sedang terjadi dan apa alasan dia ingin membeli mantel yang sama. Ia bahkan sampai bersujud agar Ibu mau menjualnya. Berapapun dia akan bayar. Bahkan saat itu Kakak Ririn sudah siap dengan kartu kredit, juga mobilnya.

Si  ibu yang terharu dan merasa sedih akhirnya memberikan mantel itu secara gratis untuk Ririn. “Mantel ini buat kamu, semoga adek kamu cepet sembuh ya…” ucap si Ibu.

Bersambung…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *