Kisah Horor Desa Gondo Mayit, Bagian 2

DEPOSTJABAR.COM,- “Rik, Rik” panggilnya. Erik mendekat, menatap Damar yang mencari-cari pandang.

“opo?” (apa)

“pitik” “pitik” (ayam) kata Erik mengulangi.

“krungu ora,nonok suoro pitik” (dengar tidak ada suara ayam)

Erik diam, mencoba mencuri dengar apa yang Damar dengar. Namun, Erik menegaskan bahwa tidak ada suara apapun kecuali angina yang berhembus di sela dedaunan.

“ora onok” (gak ada)

Mereka berpandangan untuk sepersekian detik. Kemudian, melangkah cepat-cepat.

Ada hal-hal yang tidak sepatutnya di ucapkan atau di dengarkan. Salah satunya adalah suara ayam.

Mendegar suara ayam seperti pertanda siak bagi siapapun yang mendengarnya, terlebih di tempat ini.

Damar dan Erik memikirkan hal yang sama. “Kuntilanak” meski kalimat itu tidak di ucapkan, namun mereka sama mengerti satu sama lain.

Yang menjadi pertanyaannya adalah, suara ayam yang di dengar Damar dan tidak di dengar Erik, menegaskan sesuatu.

Salah satu dari mereka, sudah di incar sedari tadi.

Degup jantung dan suara nafas teregah-engah menegaskan bahwa mereka sudah berjalan lebih jauh. Berfikir bahwa mereka sudah aman, Erik lah yang kemudian mengatakannya,

“janc*k!! ambu sembujo” (sialan, bau bunga sembujo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *