DEPOSTJABAR.COM (BANDUNG).- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung kembali menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Kawasaki, Jepang di sektor lingkungan. Rencananya, kerja sama kali ini akan dilaksanakan selama tiga tahun dari 2023-2026. Proyek tersebut akan dimulai pada Mei 2023.
Terdapat lima pihak yang akan terlibat dalam proyek tersebut. Yaitu Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP), Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), PDAM Tirtawening, dan Pemerintah Kota Kawasaki.
“Sebenarnya kita juga sudah pernah kerja sama pada tahun 2020. Ada tiga hal yang akan menjadi fokus proyek ini, di antaranya manajemen limbah, lingkungan air, dan kualitas udara,” ujar Direktur Eksekutif Biro Pekerjaan Air, Toshiyuki Suzuki di Balai Kota Bandung, Selasa 7 Maret 2023.
“Proyek akan berlangsung selama tiga tahun. Dengan harapan lewat projek ini bisa bangun hubungan kerja sama yang baik demi kemajuan dua kota. Tapi masih harus ada pembahasan lebih lanjut mengenai proyek ini,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, pada tahun 1930 pemerintah Kawasaki melakukan pembangunan infrastruktur untuk pengelolaan air hujan. Lalu, pada tahun 1960 terdapat perda penyempurnaan infrastruktur yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah toilet, tempat berendam, dan air limbah dari dapur.
“Kita bangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) juga. Maka 99 persen limbah disalurkan lewat pipa. Ini dibangun oleh pemerintah bekerja sama dengan swasta. Pasang pipa itu swasta, izin dari pemerintah,” jelasnya.
Begitu pipanya sudah terpasang dengan baik, maka aliran limbah mengalir berujung ke pipa komunal.
“Semua ini berjalan dengan lancar karena kata kuncinya adalah aturan yang ditegakkan dengan benar oleh seluruh lapisan masyarakat,” jelasnya.
Belum Terakomodasi
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna menyampaikan, penanganan air limbah di seluruh Kota Bandung belum terakomodasi secara keseluruhan oleh PDAM.
“Sebab jumlah pelanggan PDAM belum seluruhnya mengakomodasi penduduk yang ada di Kota Bandung. Sehingga tidak menutup kemungkinan penduduk Kota Bandung membuang limbah pada tempat yang tidak seharusnya,” aku Ema.
Menurutnya, ada dua hal yang harus dicermati. Pertama, penanganan air limbah yang sudah terakomodasi oleh PDAM. Kemudian, ada masyarakat yang belum terakomodasi oleh PDAM, tapi mereka juga memproduksi air limbah.
“Maka ada institusi yang menangani secara berbeda. Kawasaki bisa memberikan solusi yang tepat untuk kedua sektor tersebut. Selain air limbah, kita bisa bekerja sama dalam aspek ‘sharing knowledge’ penanganan meningkatkan kualitas udara,” tutur Ema.(RK)