Bagian 15, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

DEPOSTJABAR.COM,- “sejak dihabisi, kemudian agama mulai dikenal, mereka akhirnya menyebar. Manunggal itu Cuma kiasan, yang artinya makhluk ini sudah hidup jauh sekali dari usia manusia. Bisa dibilang, tempat mungkin dari tempat yang jauh semacam pelarian”

“jadi, raja demit ini, bukan asli dari tanah ini”

Pak Sarip mengangguk lebih ke terpaksa. Terpaksa agar Danar tidak bertanya lagi, beliau akhirnya melanjutkan.

“Kamu tahu ngger, kalau orang kendad (gantung diri) bagaimana matinya?”

“mboten pak le” jawabnya.

“Kebanyakan mereka mati dengan mata terbuka, lidah mereka biasanya melet karena kesakitan saat sebelum gantung diri” pak Sari menghembuskan asap rokoknya, “tapi yang satu ini, dia meninggal dengan wajah ketakutan, sebegitu ketakutannya sampai wajahnya tegang mengeras”

“terus pake le, hubungannya apa?” tanya Danar.

Pak Surip menatapnya dengan wajah penuh guratan yang menandakan usianya sudah tidak muda lagi.

“Apalagi kalau bukan karena di Teror…”

Suatu hari, Danar punya kesempatan untuk bercengkrama dengan keluarga besarnya. Disana, lengkap dimana ada bu de dan pak de. Termasuk de no yang lagi ngobril dengan pak lek yono, Danar pun ikut bergabung.

Masih teringat peristiwa dimana de no menunjukkan kasih sayang beliau pada Danar. Jadi, tina-tiba saja ia ngomong sesuatu yang seperti di prediksi oleh de no.

“ojok kuatir, gak bakalan onok seng ganggu awakmu maneh” katanya sambil tersenyu, yang buatnya ngeri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *