Bagian 3, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

DEPOSTJABAR.COM,- Mas Hendra Cuma magut-magut. Ia tidak bertanya lebih rinci. Ia mengira itu hanya pesan biasa saja. Namun, rupanya ini bukan sekedar pesan biasa. Melainkan sebuah peringatan.

Malam semakin larut, mas Hendra duduk di teras menikmati semilir angina malam dengan meneguk segelas kopi sambil menghisap rokok. Ia memandang ke kanan dan kiri namun sepi.

Om Ardi sendiri bilang, samping kiri kanan rumah ada penghuninya tapo mas Hendra tidak pernah berjumpa sama sekali.

“Mungkin sudah tidur” pikir mas Hendra.

Semakin larut, suara hewan malam terdengar semakin riuh, mas Hendra bersiap mau masuk rumah. Namun ia dikejutkan oleh suara asing yang tiba-tiba melintas.”ngiriikiikii” suara ringkikan kuda.

Mas Hendra kaget. Bagaimana bisa ada suara kuda di tempat seperti ini”. namun, rupanya tidak hanya sekali namun berkali-kali. Jadi beliau mengambil senter dan jaket, mencari dimana sumber suara itu.

Tanpa Mas Hendra sadar, ia meninggalkan perumahan dinas dan terus melangkah melewati jalanan sepi.

Penerangan di kawasan pabrik memang tidak terlalu bagusm berbekal cahaya bulan. Mas Hendra menelusuri jalan, ia bergerak menuju lapangan tenis. Namun, suara itu semakin jauh, rasa penasarannya memenuhi isi kepalanya. Ia tidak memikirkan apapun. Lebih tepatnya belum curiga.

Rupanya, tanpa mas Hendra sadari ia sudah memasuki perumahan Londo. Kali ini suara itu sudah lenyap dan mas Hendra seolah baru sadar bahwa ia sudah jalan sejauh ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *