Bagian 4, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

Kaget bercampur takut. Mas Hendra menjauh dari jendela. Namun, suara itu semakin nyaring karena seperti tidak hanya satu suara melainkan seperti bersama-sama. Mas Hendra lari ke ruang tamu.

Di ruang tamu, sama sekali tidak mengurangi rasa takut mas Hendra karena suara itu semakin terdengar. Akhirnya, mas Hendra memberanikan diri melihat.

Mas Hendra membuka selambu jendela ruang tamu yang menghadap halaman rumah. Betapa terkejutnya mas Hendra rupanya di depannya banyak sekali pocong menatap rumah mas Hendra.

Tidak hanya satu, melainkan lebih dari 10 pocong mengelilingi rumah dinas itu. Mereka terus meminta tolong.

Semalam suntuk dan ketika azan subuh berkumandang, pocomng itu akhirnya hilang. Esoknya, ketika om Ardi datang, dan melihat mas Hendra yang shock om Ardi seolah-olah tahu.

“Koen Kenek opo le?” (kamu kenapa le?)

Mas Hendra segera menceritakan semuanya. “koen iku tuman, kes wes di penging” (kamu itu ceroboh, kan sudah di larang)

Disini, om Ardi bercerita, bila kedatangan pocong itu kesini biasanya karena mas Hendra sudah mengamggu dayangnya, yaitu nona belanda.

Ada keterikatan apa mas Hendra tidak mengerti. Namun, rupanya ada kasta di dalam pabrik ini. sehingga bila melihat penghuni satu biasanya akan mendatangkan penghuni lain, dan bisa dibilang, pasukan pocong itu merupakan kasta terbawah dibandingkan nona belanda. 

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *