Kisah Sewu Dino, Bagian 24

Setiap ruangan di rumah ini besarnya bukan main. Banyak lukisan dengan corak kenal adat budaya Jawa yang bisa Sri rasakan langsung. Namun, dari semua itu, ada satu lukisan yang menarik perhatian Sri. Sebuah lukisan yang familiar.

Sri menatap lekat foto itu. Seorang wanita tengah berpose dengan sanggul dan berkebaya menatap lurus dan tengah memegang jabang bayi. Yang membuat Sri tidak bisa mengalihkan perhatiannya adalah, jabang bayi di lukisan itu memiliki dua kepala.

“Sri kamarmu nang mburi, ayok tak terna (Sri, kamarmu ada di belakang sini aku antar),” ajak mbah Tamin.

Sri baru menyadari, Dini tidak ada di belakangnya. Entah kemana, ia mengikuti mbah Tamin menelusuri setapak demi setapak dan melihat banyak ruangan tanpa pintu.  Kamar Sri hanya ruangan kecil dengan beberapa perabot tua. Ia tidak lagi sekamar dengan Dini, hanya ada jendela yang ditutup gorden, di sana, mbah Tamin mengatakannya, “Nek was jam 12, lawang kamarmu ojok lali di tutup, ojok sampe mok bukak yo, pesenku iku tok (Kalau sudah jam 12, pintu kamarmu jangan dibuka, jangan sampai kamu membukanya, ingat pesanku ini) tegas mbah Tamin lalu berlalu).”

Lalu kenapa pintu kamarnya harus dalam keadaan tertutup?* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

  1. I am extremely impressed together with your writing skills and also with the format in your blog. Is that this a paid topic or did you modify it your self? Either way stay up the nice high quality writing, it’s rare to look a great weblog like this one nowadays!