Bagian 25, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

DEPOSTJABAR.COM,- Benar saja, di samping jendelanya, mas Anton mendengar suara anak-anak kecil tampak sedang bermain.

Disini, mas Anton langsung menyimpulkan, mendengar suara anak kecil adalah salah satu pertanda yang paling buruk. Karena, konon dalam sejarah tanah jawa, anak-anak adalah symbol kepolosan, mendengar suara mereka adalah arti sebuah ajal yang kian dekat.

Pagi harinya, mas Anton mendapatkan kabar, bila orang tuanya sedang sakit. Mendengar itu, mas Anton meminta ijin untuk pulang. Namum, di tolah okeh pak Edi dengan alasan, pabrik sedang kekurangan tenaga penjaga, sedangkan jadwal tugas di mulai mala mini.

Malam pun tiba, sejak sore, Mas Anton merasa ada yang akan terjadi dalam waktu dekat. Namun, setiap ia memikirkan apa, seolaj-olah apa yang ia takutkan tampak kabur. Dilihatnya para pekerja borongan yang rupanya berasal dari luar kota.

Ketika mas Anton berjaga, ia seperti mendengar suara. Sebuah suara seseorang tengah berteriak meminta tolong. Namun, tidak ada wujud apapun di hadapannya. Hanya ada pos penjaga dimana ia melihat aktifitas dan suara mesin para pekerja.

Mas Anton semoat bertanya darimana para karyawan pabrik. Namun, rupanya tidak ada satupun karyawan pabrik padahal seharusnya mereka ada. Karena yang menjadi tenaga ahli adalah mereka.

Semua keganjalan ini rupanya terjawab di malam ke-4. Ketika mas Anton di datangi seorang wanita tua. Ia mengatakan bahwa ia tersesat. Namun, mas Anton tahu, bagaimana bisa seorang wanita tua tersesat di dalam pabrik.

Curig, rupanya wanita tua itu mengatakan sesuatu yang membuat mas Anton bergidik ngeri.

“Tumbal Kanggo Maharatu”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *