Bagian 8, Kerajaan Demit di Pabrik Gula Terbengkalai

Kejadiannya sendiri di mulao di siang bolong. Ketika ia sedang main dengan anak-anak. Ia dengar baru saja terjadi sebuah kehebohan. Banyak warga yang mendekat dan beramai-ramai memenuhi rumah.

Penasaran, ia pun mendekat. Rupanya, mbah Bun. Salah satu wanita tua yang halamannya sering kali dipakai bermain teriak-teriak nyris histeris.

Suaminya, mbah Nang mencoba menenangkannya berjali-kali. Namun, mbah Bun rupanya masih terus menjerit-jerit. Danar memperhatikan gelagat aneh akhirnya sadar bahwa mbah Bun kesurupan.

Masalahnya adalah, mbah Bun terus meminta pulang. “Aku tak muleh, aku tak muleh” (akum au pulanh, aku mau pulangh).

Mbah Nang akhirnya yang pertama kali bertanya perihal itu. “mleh neng ndi?” (pulang kemana?).

“nang omahku” (ke rumahku) jawabnya.

“sopo koen?” (siapa kamu?) tanya mbah Nang.

Namun sosok itu melotot tidak mau menjawab lalu kembali menjerit. Pergolakan it uterus terjadi sampai akhirnya omnya Danar datang. De no yang merupkan juru kunci di desa itu..

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar

  1. Insightful read! I found your perspective very engaging. For more information, visit: READ MORE. Eager to see what others have to say!

Berita Jabar Lainnya