Kisah Sewu Dino, Bagian 5

Mbah Tamim duduk di kursi panjang.  Matanya menerawang jauh di teras rumah gubuk.  Sementara Sri dan yang lain berdiri menunggu penjelasan tentang semua ini.

Suasana di hutan semakin mencekam.  Setiap sudut pohon seakan hidup dan mengamati mereka.  Sri merasa kecil di tempat ini.

“Aku isih ilingm cah ciik ayu, ceria, ra nduwe duso (aku masih ingat, anak kecil cantik ceria belum punya dosa).”

“Koyok jek wingi, yo tapi, cah cilik iku, sak iki, nang ambang nyowo, perkara santet menungso laknat! (seperti baru kemarin rasanya, tapi sekarang anak kecil itu terbaring sakit, melawan kodrat nyawanya hanya karena santet dari manusia biadab!!).”

Wajah Mbak Tamim menegang, kalimatnya seperti penuh amarah.  Membuat Sri dan yang lain menjadi ngeri.

“Cah cilik iku, Dela, yo iku, sing nang kamar (Anak kecil itu Dela, yang ada di kamar).”

“SANTET?”  ucap Sri dan yang lain bersamaan karena kaget. Sri dan yang lain semakin menegang. Apakah yang sebenarnya terjadi kepada Dela? Santet apakah yang dimaksud?* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *