Kisah Horor Desa Gondo Mayit, Bagian 11

Aroma itu semakin menyengat. Semakin menyengat. Suara ramai yang sedari tadi menciutkan nyali mas Erik dan mas Damar perlahan sirna.

“gok mburi onok lawang rik” (di belakang ada pintu Rik) teriak mas Damar, mereka bergegas lari dan si mbah berusaha mengejar.

Dilihatnta kotak yang mas Damar lihat tadi. Namun, ia segera tepis pikiran-pikiran yang masih menyimpan tanda tanya. Apa maksud dari kain kafan itu.

Yang ia lihat pertama dari halaman belakang rumah adalah berpetak-petak tanaman singkong.

Aroma sembujo masih tercium menyengat. Anehnya, hanya mas Erik yang menciumnya.

“melok aku Mar” (ikut aku Mar)

Entah terjepit atau apa, mas Erik merasa aroma ini seperti memberinya jalan. Benar saja, langkah mereka perlahan menuju ke tanah hutan, pepohonan yang sedari tadi menjadi pertanda perjalanan mereka kini mulai mereka telusuri.

Mas Erik meyakinkan mas Damar bahwa desa itu dihuni oleh mayat.

Pertanyaannya adalah, kenapa mayat harus dikuburkan lagi?

“kain kafan rik… opo onok hubungane?” (kain kafan rik, apa ada hubungannya?)

Mas Erik terlihat bingung.

“gok kotak sing nang pawon, akeh kain kafam di tumpuk” (di kotak yang ada di dapur, ada banyak kain kafan)

Mas Erik dan mas Damar masih berfikir. Sampai ia baru sadar. Di tempat mereka berdiri, mereka tidak sendirian lagi.

Dari balik pohon, banyak sepasang mata yang mengawasi, dan serelah di perhatikan lagi, itu adalah sosok pocong. Tidak hanya satu pocong, namun hampir ada puluhan pocong. Mas Damar dan mas erik terdiam mematung sendiri sendiri……..

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

294 komentar