Kisah Sewu Dino, Bagian 19

DEPOSTJABAR.COM,- (Beda lagi bila yang membuka boneka ini satu garis weton dengan Dela, yaitu kita. Bisa membunuh, bisa meringankan beban untuk Dela. Aku yakin, bonekanya gak hanya satu, bisa tiga sampai sepuluh. Aku tidak tahu tapi Erna sudah menjadi salah satu korban bonekanya, berarti hanya tinggal kita).

“Goblok’ku, aku ra ngerti Erna bakal mbanting bonekane, boneka sing wes dadi ganti sukamne deem nek bonekane rusak, sing mbukak ikatan kui, nompo akibat perbuatane (Bodohnya aku, aku tidak mengerti kalau akhirnya Erna malah mbanting bonekanya, yang sudah jadi pengganti penerimaan santet itu, jadi bila boneka itu ikut rusak, dia juga akan menuntut balas akibat perbuatannya).”

Dini yang mendengar itu, hanya diam dengan wajah yang kebingungan.

Keesokan harinya, mobil Sugik datang. Sri dan Dini sudah menunggu kedatangan mereka dari tadi. Mbah Tamin yang pertama keluar, lalu diikuti Sugik yang sedang menggendong Dela dipunggungnya. Tampaknya, Mbah Tamin dan Sugik sudah tahu semuanya.

Satu yang mereka tidak ketahui adalah, Erna sudah meninggal. Melihat hal itu, wajah Mbah Tamin merah padam, ia tidak berbicara banyak. Hanya mengatakan bahwa mereka harus membawa Erna pulang, kematian Erna diluar perkiraan mbah Tamin.

Namun, ketika Sri ingin bertanya lebih jauh tentang ini, Mbah Tamin menatapnya dingin. “Tutupan ae lambemu, bayi ra eroh opo-opo ae, gegabah temen (Tutup saja mulutmu, dasar bayi, tidak tahu apa-apa, seenaknya sendiri ambil resiko).”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *