Kisah Sewu Dino, Bagian 4

Kiri kanan hanya pepohonan dan semak belukar. Mobil terus berjalan sampai tiba di sebuah jalan setapak. Perlahan. Mobil melesat masuk, di atas jalan setapak yang ditumbuhi rumputan liar, mobil terus menerobos memaksa masuk.

Sri dan yang lain makin merasa tidak nyaman. “Pak bade ten pundi niki, kulo moten di pateni kan? (pak, kita mau kemana, saya tidak akan dibunuh kan?),” tanya Dini. 

Si sopir hanya tersenyum.  Ia tetap memaksa mobil menembus sela pepohonan seakan mencari jalan di tengah gelap hutan yang dipenuhi kabut sepanjang jalan.

Setelah jauh masuk ke dalam hutan, mobil berhenti di sebuah semak dan pohon yang tidak lagi bisa dilalui mobil. Ada kejadian aneh lagi.  Ada satu pohon yang tidak terlalu besar, tumbang begitu saja. Si sopir keluar mobil, menyingkirkannya dan kembali jalan.

Setelah melewati jalan yang naik turun, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah gubuk. Yang terbuat dari kayu yang disusun serampangan.  Atapnya tidak terlalu tinggi, terlihat kumuh bahkan lebih kumuh dari rumah Sri. Di sini, muncul seorang pria tua yang sudah menunggu mereka semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *