Kisah Horor Desa Gondo Mayit, Bagian 1

Namun, masih bisa ditempuh dengan santai. Disini, Erik yang memulainya.

“jare mbahku Dam, nek gak onok suoro, biasane onok memedi” (kalau kata mbahku, kalau gak ada suara, biasanya ada hantu)

 “Huss. Di jogo lambene, gak apik ngomong ngunu” (huss, dijaga mulutnya, tidak baik ngomong begitu) kata Damar.

Ada yang membuat Damar sedari tadi tidak tenang berjalan di belakang Erik, seharusnya tidak ada lagi siapapun di belakangnya. Namun, bulukuduknya berdir sedari tadi.

Bukan kali pertama Damar merasakan ini, selama ia mendaki gunugn dan masuk ke hutan-hutan seperti ini, bulukuduk meremamg sudah menjadi makanan sehari-hari.

Namun, perasaan ini berbeda. Seolah-olah ada yang jauh lebih mengintimidasi. Meliha Erik membuka jalan dengan parang ditangannya setidaknya memberi ketenangan pada Damar.

Sampai akhirnya ia mendegar suara lain.

Damar berhenti, di susul Erik.

“Rik, Rik” panggilnya. Erik mendekat, menatap Damar yang mencari-cari pandang.

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

236 komentar