Kisah Horor Desa Gondo Mayit, Bagian 4

Tidak hanya itu, ekspresi wajah dari iring-iringan itu, tidak satupun menunjukan wajah sedih atau bersimparti. Sebaliknya, wajah-wajah itu sumringah seperti sedang mengadakan pesta.

Lalu, keranda mayit yang dipinggul pun asing, biasanya di tutup dengan kain hijau tua, namun yang mas Erik dan Damar lihat, keranda mayit itu di tutup dengan kain hitam lengkap dengan bunga melihat terajut sebagai pengiringanya.

Hal-hal itu yang jadikan mas Erik patokan, semoga ia masih bisa mendengfar iring-iringan music gamelan, dan semoga mereka memang manusia.

Berlari kurang lebih 10 menit, dan semakin jauh lokasinya dari mas Damar yang masih menahan nyeri. Mas Erik sadar, rombongan itu sudah lenyap, menyisakan tanda tanya.

Bagaimana bisa mereka berjalan santai dengan gendong mayit di medan yang naik turun seperti ini?

Putus asa, mas Erik akhirnya menelusuri jalannya lagi, kembali ke temoat dimana mas Damar tidak berdaya, ia berharap seghera selesai dan keluar dari area belantara ini…

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

207 komentar