Kisah Sewu Dino, Bagian 28

DEPOSTJABAR.COM,- Nyawamu ada di tangan si mbah, kalau kamu menuruti kata-kata saya, kamu akan selamat dan saya kasih tau sumber masalahnya. Kamu percaya sama saya kan””

“Tolong opo?” tanya Sri dengan penuh keraguan. Ia masih ingat bagaimana ia melakukan kesalahan fatal itu.

“Obongen paying pendusan iku gawe aku (Bakar payung orang meninggal itu, untuk saya).”

Dela melangkah pergi, ia memberikan tatapan terakhir kepada Sri. Seakan yakin, Sri akan melakukannya.

Malam pun semakin larut. Sri melihat sebuah mobil datang. Mobil sugik, ucap Sri mengawasi dari jendela. Mbah Tamin dan Dini melangkah masuk ke dalam mobil, mereka pergi dari kediaman ini.

Sri hanya membatn, kemana mereka akan pergi, dan kenapa ia tidak diajak pergi. Semua ini tiba-tiba mengingatkannya pada pesan Dela, nyawanya ada ditangan si mbah.

Meski ragu, Sri membuka pintu, melihat Dela tersenyum sambil berdiri di depan kamar seakan sudah menunggunya.  Sri dan Dela menyusuri rumah. Ia pergi ke dapur mencari korek dan minyak tanah. Kemudian mulai berjalan ditengah kegelapan malam.

Bulan sedang tidak menampakan diri. Sri berdiri di sudut sebuah pagar. Di sana, ada sebuah payung kecil berwarna hijau. “Payung penduso” ucap Sri.

 “Bakar labeh payung oko, nok pitu payung nang lemah iki, percoyo ambek aku (Bakar semua opayung ini, percaya sama saya).”  Sri akhirnya menyiram payung itu, membakarnya. Setiap kobaran api yang menyala-nyala, Dela tertawa melihatnya, ia seperti menari-nari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

70 komentar