Kisah Sewu Dino, Bagian 29

 “Terno Sri nang kamare (Antarkan Sri ke kamarnya),” kata Mbah Krasa, orang yang berdiri di belakangnya sambil membawa Sri.

Ia hanya bisa melihat, Mbah Krasa yang masih menatapnya, Dela hanya melirik Sri dengan tatapan penuh ancaman, seakan ia belum selesai dengan semuanya.

Seseorang mengetuk pintu kamar, lalu membukanya. Sri melihat wanita tua anggun itu, tidak ada segan lagi untuknya. Sri justru merasa kesal setiap melihat tatapan matanya yang terbungkus kaca mata tebal mengerikan itu.

“Sri, bantu mbah nggih (Sri, tolong bantu saya).”

 “Jumat kliwon, guk lahir e Dela ta mbah. Tapi weton lahire sing nyantet putune njenengan, opo aku salah mbah (Jumat kliwon bukanlah hari lahir Dela, tetapi lahir dari orang yang menyantet cucu anda, apa saya salah mbah)?”

Mbah Krasa mengangguk, ia mengakuinya, “Mjenengan pingin tiange sedo, nelalon kulo ambek dini (Anda ingin mengakhiri nyawa dia melalui saya dan Dini).”

Mbah Krasa mengangguk lagi.

Sri tidak tahu harus bilang apalagi, namun kemudian sebelum tangisannya meledak, Mbah Krasa membisikkan sesuatu, “tolong”, lalu pergi.* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *